TEMPO.CO, Jakarta - Setara Institute mengadakan survei tentang persepsi siswa sekolah menengah atas tentang toleransi beragama dan radikalisme. Hasil survei menunjukkan satu dari 14 siswa ternyata setuju dengan gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).
Dari 684 responden yang mengikuti survei, 7,2 persen mengatakan tahu dan setuju dengan paham ISIS. Hasil ini tidak mengagetkan. Sebab, dalam survei yang sama, 16,9 persen siswa mengenali ISIS sebagai lembaga yang sedang memperjuangkan pendirian negara Islam di dunia.
"Angka persetujuan ini merupakan peringatan serius bagi Indonesia," kata Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos di kantornya, Senin, 30 Maret 2015.
Bonar menuturkan pengaruh ekstrem ini muncul akibat derasnya arus informasi yang tidak disaring. Sebab, 67 persen responden menggunakan Internet sebagai media utama. Sedangkan 29,1 persen mendapatkan informasi dari televisi.
"Lebih dari setengah responden mengaku sering mengakses media. Kalau informasinya tidak tepat, ini mencemaskan," ujar Bonar. Pengaruh-pengaruh ekstrem ini, ucap dia, juga muncul dari pelajaran ekstrakurikuler dan pendidikan agama dari luar sekolah yang diikuti rutin oleh siswa.
Setara melakukan survei terhadap siswa 76 SMU di Jakarta dan 38 SMU di Bandung (meliputi Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung) pada 9-19 Maret lalu. Dari total 114 sekolah, diambil enam siswa, sehingga tingkat kepercayaannya 95 persen dan margin of error 4,7 persen. Penelitian itu menggunakan metode wawancara dan kuesioner.
INDRI MAULIDAR