TEMPO.CO, Indramayu - Jebolnya tanggul Sungai Cimanuk di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, pada Senin, 16 Maret 2015, merupakan kejadian yang kedua kali. Pada 1972 tanggul itu pun sempat jebol.
Menurut penuturan salah satu warga korban banjir di Desa Pilangsari, Sunari, 57 tahun, jebolnya tanggul Sungai Cimanuk pada 1972 disebabkan hal yang sama. Hujan kiriman dari Majalengka dan Garut membuat volume air semakin besar sehingga akhirnya menghancurkan tanggul Sungai Cimanuk.
"Waktu itu jebol dan sekarang jebol lagi. Tapi yang sekarang memang banjirnya lebih besar. Tanggulnya tidak kuat menahan laju air yang begitu deras. Padahal di sini waktu kemarin tidak hujan," ucap Sunari kepada Tempo, Selasa, 17 Maret 2015.
Sementara itu, warga lainnya, Suherman, 35 tahun, menyatakan sebelum jebol warga Desa Pilangsari berusaha untuk menutupi celah-celah tanggul yang mulai retak. Namun karena volume air sangat besar akhirnya warga meninggalkan tanggul dan bersiap-siap untuk menyelamatkan diri.
"Awalnya terlihat ada retakan dan air mulai rembes mengaliri retakan di tanggul. Itu terjadi sekitar pukul 03.00 kemarin. Akhirnya pada pagi harinya sekitar pukul 07.00 tanggulnya jebol," ucap Suherman.
Suherman menuturkan tidak ada korban jiwa dalam tragedi jebolnya tanggul Sungai Cimanuk yang kedua kalinya. "Kami langsung menyelamatkan diri menuju bahu jalan kampung yang memang dataran tinggi," ujarnya.
Desa Pilangsari Kecamatan Jatibarang merupakan kawasan terparah yang terkena imbas dari jebolnya tanggul Sungai Cimanuk. Selain Jatibarang, enam kecamatan lainnya terkena dampak amukan luapan air Sungai Cimanuk. sekitar seribu rumah dan seratus hektare sawah terendam banjir setinggi 2-3 meter. Sekitar 10.500 jiwa dilaporkan terkena imbasnya.
AMINUDIN