TEMPO.CO, Yogyakarta - Ratusan perempuan dari lintas elemen di Yogyakarta menggelar aksi peringatan hari perempuan internasional dengan mencuci perabotan rumah tangga secara massal di Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta Jalan Brigjen Katamso, Ahad 8 Maret 2015.
Mereka berasal dari elemen seperti Jaringan Pekerja Rumah Tangga (JPRT), Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (Sabda), Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan (Sarang Lidi), juga politisi, akademisi, dan pengusaha.
Dalam aksi yang dihadiri istri mendiang Presiden ke-4 Indonesia Abdurahman Wahid, Sinta Nuriyah itu, para aktivis menyerukan gerakan perlawanan atas upaya pelemahan pemberantasan korupsi yang terjadi di masa Presiden Joko Widodo.
Aksi dimulai dari happening art para perempuan di pinggir jalan Brigjen Katamso dengan cara menabuh dan memukul berulang kali perabot rumah tangga seperti teko, wajan, dan panci. Suara bising logam itu memancing perhatian para pengguna jalan untuk berhenti.
Usai menabuh perabotan, para perempuan itu menuju halaman kantor BPNB, yang pernah menjadi tempat berlangsungnya kongres perempuan pertama Indonesia tersebut.
Menghadap keran air, para perempuan itu secara bergantian mencuci dan membilas perabotan dapurnya hingga bersih. Aksi tabuh dan cuci perabot itu sebagai simbol bahwa Indonesia tengah berada dalam darurat korupsi dan butuh pemberantasan serius sampai ke akarnya.
Para perwakilan elemen pun secara bergantian menyatakan sikap mereka atas kondisi korupsi di depan ratusan aktivis lainnya.
Sinta Nuriyah mengaku bingung dalam melihat kenyataan korupsi yang terus mengakar di tiap lini kehidupan bangsa. "Korupsi semakin seperti virus HIV, terus berkembang meskipun perlawanan digencarkan," kata Sinta di atas kursi rodanya.
Korupsi kini, lanjut Sinta, semakin sistemik sehingga tidak hanya melemahkan namun juga melumpuhkan daya tahan sendi-sendi kehidupan bangsa. "Semua sudah digerogoti," ujar Sinta.
Lebih parah, ujar Sinta, para koruptor di tanah air kini dengan sumber dayanya semakin kuat sehingga mampu menggerakkan kekuatan penuh melawan balik upaya pemberantasan korupsi. Sinta mencontohkan, hal itu seperti yang terjadi saat ini, ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilumpuhkan dengan kriminalisasi para pemimpinnya.
"Koruptor ini sangat licik dan memakai topeng berlapis-lapis untuk memuluskan aksinya, kita harus waspada," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO