TEMPO.CO,Cilacap-Hari-hari ini menjadi saat yang sibuk untuk Suhendroputro. Ketua Pengurus Kematian Gereja Kristen Jawa Cilacap ini sedang mempersiapkan peti mati untuk terpidana yang akan dieksekusi di Nusakambangan. “Biasanya mereka akan menghubungi kami tiga hari menjelang eksekusi,” ujar dia kemarin.
Delapan peti ukuran standar dan satu peti ukuran jumbo kini tersimpan di gudang gereja. Peti berbalut kain putih itu disiapkan jauh-jauh hari untuk memenuhi permintaan Polres Cilacap. Dia diminta untuk menyiapkan peti itu agar nanti saat pelaksanaan eksekusi tidak ada kesulitan. Peti mati itu termasuk yang disiapkan untuk dua terpidana mati warga negara Australia: Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Pada eksekusi gelombang pertama 18 Januari lalu, Suhendro juga diminta menyiapkan enam peti mati. Suhendro juga menjadi petugas untuk memandikan jenazah seusai eksekusi. “Semua saya mandikan dan sekaligus mengenakan pakaian,” katanya. Suhendro sendiri setuju adanya hukuman mati. “Tapi hanya untuk kasus narkotik,” kata dia.
Persiapan itu jelas kabar buruk bagi Perdana Menteri Australian Tony Abbott. Sebelumnya Abbott menelepon Presiden Joko Widodo, Rabu malam lalu, terkait dengan hukuman mati terhadap dua warga Australia yang tersangkut kasus narkoba. Menurut Abbot, Jokowi memahami posisi Australia dalam kasus Bali Nine itu.
Abbott mengatakan Presiden Jokowi tengah mempertimbangkan posisi Indonesia mengenai hukuman mati terhadap dua warga Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. PM Abbott tidak bersedia mengungkapkan rincian pembicaraan keduanya. “Namun Presiden (Jokowi) sangat mengerti posisi kami dan saya pikir dia mempertimbangkan dengan hati-hati posisi Indonesia,” kata Abbott seperti dilansir situs Sydney Morning Herald kemarin.
Menurut Abbott, percakapan dengan Jokowi, yang disebutnya sebagai teman, merupakan sebuah sinyal positif. Namun Abbott mengaku percakapan tersebut tidak menjadi tanda bahwa Chan dan Sukumaran, yang menyelundupkan narkoba 8,3 kilogram pada 2005 dan dijatuhi hukuman mati pada 2006, akan bebas dari regu tembak.
ARIS ANDRIANTO | TIM TEMPO