TEMPO.CO, Jakarta -Komisi Pemberantasan Korupsi akhirnya menahan bekas Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Sutan Bhatoegana. "Untuk kepentingan penyidikan, berdasarkan pertimbangan obyektif dan subyektif maka dilakukan penahanan untuk tersangka SBG," ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK Priharsa Nugraha di kantornya, Senin, 2 Februari 2015.
Sutan ditahan di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat, lantaran rumah tahanan KPK penuh. Ia sempat menjalani pemeriksaan hampir sembilan jam, dari pukul 09.54 hingga pukul 18.40. Sutan yang keluar dari gedung KPK mengenakan rompi tahanan warna oranye itu enggan berkomentar banyak.
"Saya mengikuti prosedur ya, benar tidaknya nanti kita tunggu di pengadilan," kata Politikus Demokrat yang suka dengan celetukan “masuk itu barang” dan “ngeri-ngeri sedap” itu. Baca: Sutan Dijebloskan ke Tahanan KPK)
Dijerat dengan kasus suap, Sutan pernah bersaksi pada sidang terdakwa Rudi Rubiandini, bekas Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Selasa petang, 25 Februari 2014.
Perang kata sempat terjadi antara Rudi yang duduk di kursi pesakitan dengan Sutan Bhatoegana yang dihadirkan jaksa sebagai saksi. Sutan berkukuh membantah menerima duit THR meski disebut dititipkan lewat sejumlah stafnya yang dibungkus dengan tas ransel hitam.
Pun ketika saksi sebelumnya dihadirkan, yaitu mantan Kepala Biro Keuangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Didi Dwi Sutrisnohadi, yang mengaku memberi ransel hitam berisi amplop dengan uang US$ 140 ribu yang ditujukan untuk pimpinan, anggota, dan Sekretariat Komisi VII kepada staf khusus Sutan, Irianto. Irianto bahkan meneken tanda terima uang itu.
Melihat kondisi itu, jaksa penuntut umum KPK akhirnya memutar rekaman pembicaraan Rudi dengan Sutan Bhatoegana. Berikut transkip rekaman yang diputar saat itu:
Sutan Bhatoegana (S): Halo, Assalamulaikum.
Rudi Rubiandini (R) : Waalaikumsalam.
S: Pak Profesor jadi ke luar negeri? Jadi, ya, keluar negeri? Enggak jadi, kan?
R: Enggak, enggak jadi saya.
S: Janganlah, kita-kita Ramadan ini. Yang menghadapi Ramadan ini yang punya oil dan gas ramai. Bisa pening kita ini.
R: Ha-ha-ha-ha, beres-beres.
S: Tapi yang penting nanti habis Ramadan kita refund lagi main golf. Kalau bisa, nanti diatur lagi Pak Herman nanti, ya.
R: Beres.
S: Saya sudah dengar di mana-mana, itu Pak Rudi lagi keranjingan golf. Wah, bisa dimainkan nih barang.
R: Ha-ha-ha-ha-ha.
S: Apalagi kalau ilmunya pakai tangan satu Pak Rudi tuh mantap. Kita kaget-kaget loh itu. Tanya itu orang-orangnya Pak Rudi. Eh, itu kok Pak Rudi itu masuk terus itu. Gila juga ilmunya. Pak Rudi, seperti yang tadi malam biar clear, Pak Herman jam berapa bisa ketemu Bapak? Kan tadi sama saya. Cuma tadi enggak usahlah, kita sudah sepakat enggak ke sana, biar Pak Herman-lah.
R: Hari ini kan agak full ini. Saya bisanya... tapi saya SMS ke Pak Herman deh. Saya cek dulu jadwalnya.
S: Tapi kalau bisa sih as soon as possible supaya barang ini tidak jadi basi dan enggak bagus.
R: Kalau nanti malam?
S: Itu lebih bagus. Saya sudah jelaskan ke Pak Herman,nanti akan sampaikan ke Bapak.
R: Tapi sesudah buka, saya dapat buka di tempat lain.
S: Oke kalau gitu. Nanti Pak Herman SMS Bapak habis Isya, ya?
R: Ya, lewat sekitar jam 8-an.
S: Jam 8-an, ya. Iyalah, biar clear. Ini kan menyangkut produksi Bapak nanti. Lebih cepat lebih bagus. Sip, ya?
R: Makasih.
S: Makasih banyak Pak Rudi, ya. Salam, Assalamualaikum.
R: Waalaikumsalam.
AW | NUR ALFIYAH | ANT | TIM TEMPO