TEMPO.CO, Banda Aceh - Demam batu giok di kalangan masyarakat membuat Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah berinisiatif membangun monumen berupa tugu giok di Kota Takengon, Aceh Tengah. "Selaku daerah penghasil batu giok, kami kira wajar dan perlu dibuat suatu landmark yang menandakan bahwa kawasan Aceh Tengah, selain identik dengan kopi arabika, juga dengan giok," kata Bupati Aceh Tengah Khairul Asmara, Ahad, 1 Februari 2015.
Menurut dia, monumen batu giok ini kelak menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat dataran tinggi Gayo. Inisiatif tersebut, dia melanjutkan, perlu mendapat dukungan dari semua pihak, termasuk legislatif dan masyarakat.
Pembuatan monumen diperkirakan membutuhkan batu giok sebanyak 3 ton. "Saya telah berbicara dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Tengah untuk membuat konsep dan perencanaannya," kata Khairul.
Batu giok Gayo tidak hanya digemari warga lokal, tapi juga masyarakat dari luar daerah. Mereka kerap mendatangi lokasi yang banyak menghasilkan batu giok di Aceh Tengah. Di antaranya Lumut, Gemboyah, dan Jagong.
Mengantisipasi penjarahan atau penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu, pemerintah Aceh Tengah telah mengeluarkan peraturan bupati yang mewajibkan pengenaan pajak terhadap obyek giok yang dibawa ke luar daerah. Peraturan itu juga mengatur bahwa giok yang dibawa ke luar daerah tidak boleh dalam bentuk bongkahan, tapi sudah diolah menjadi perhiasan, seperti cincin, gelang, kalung, dan anting.
Baca Juga:
ADI WARSIDI
Baca juga:
Kopi Gayo dan Giok Aceh Hadir di DPR
Perhiasan Batu Bacan Diunggulkan Sebagai Giok Indonesia