Kepada Nyai Pamekas, dengan penuh nafsu dan gelap mata, Citrasoma terang-terangan mengutarakan ingin segera menidurinya. Nyai Pamekas sadar tidak mungkin dirinya menolak dan melarikan diri melihat kondisi dan jabatan Pangeran Citrasoma. Melawan pun, dipastikan sia sia. Karena itu, dirinya memutar otak dengan memberikan syarat kepada Pangeran agar bisa menidurinya. (Baca: Jagoan Hukum ke Istana, Jokowi Bikin Tim Khusus?)
Pangeran Citrasoma diminta Nyai Pamekas untuk menidurkan semua orang agar tidak ada yang mengetahui tindakan terlarang tersebut. Dengan segera sang pangeran mengeluarkan ilmu saktinya yang membuat orang segera terlelap. Citrasoma langsung meminta 'jatah'-nya segera berhasil menidurkan semua orang. Namun, Nyai Pamekas menolak dan mengatakan bahwa masih ada yang belum tidur. (Baca: Sepeda Jokowi, 'Save KPK', dan Rakyat Tak Jelas)
Pangeran Citrasoma tidak mempercayai omongan Nyai Pamekas, dan bertanya siapa lagi yang belum tertidur. "Gusti Yang Maha Kuasa (Allah)," ujar Nyai Pamekas. Kalimat singkat tersebut seperti palu godam yang memukul kepala Citrasoma dan mengembalikan kesadarannya. Sontak pangeran sadar, malu, dan segera meminta maaf kepada Nyai Pamekas.
ANDI IBNU RUSLI
Topik Terhangat:
Budi Gunawan | Bambang Widjojanto | Tabrakan Pondok Indah | AirAsia
Baca Berita Terpopuler
"Ada Pembentukan Satgas-Satgas Liar di Polri''
Apa Saja Instruksi Bambang KPK di Sidang MK? Ini Kata Saksi
KPK Vs Polri, Ada Buaya Moncong Putih
Tali Putus, Badan Air Asia Diangkat Hari Ini
Tiga Ucapan Menteri Tedjo yang Menyerang KPK