TEMPO.CO, Jakarta -Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membeberkan pertemuannya dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad pada tahun lalu. Ia mengklaim Abraham berupaya melobi agar bisa menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo pada pemilihan presiden.
Hasto mengatakan bahwa masyarakat buta dengan manuver politik yang dilakukan pimpinan KPK. "Kami justru ingin menyelamatkan semangat KPK yang disalahgunakan pimpinannya," ujarnya,Kamis, 22 Januari 2015.
“Serangan” politikus PDIP terhadap bos KPK itu muncul setelah kisruh pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri. Budi diumumkan sebagai tersangka kasus suap oleh KPK pada 13 Januari lalu, sehari sebelum ia menjalani uji kelayakan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Kendati begitu, koalisi pendukung Jokowi tetap menyokong Budi untuk diproses di DPR. Menurut Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Sutiyoso, kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan di rumah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Selasa malam, 13 Januari 2015.
Megawati dalam pertemuan itu, kata Sutiyoso, sempat mempertanyakan alasan KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka. “Kami tak bisa menjawab pertanyaan ada apa di balik semua ini,” kata bekas Gubernur DKI Jakarta ini. (Baca: Megawati Pertanyakan Status Tersangka Budi Gunawan)
Setelah DPR meloloskan Budi, Hasto Kristiyanto pun masih bereaksi keras. Ia menganggap KPK bekerja secara bias dalam penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Hasto juga menyatakan curiga langkah KPK disetir oleh orang yang dendam. Orang itu dendam karena tidak diajak dalam kabinet serta tidak jadi diajak menjadi wakil presiden pasangan Jokowi dalam pemilihan presiden lalu.
"Ada pihak yang sedang memancing di air keruh. Tapi yang jelas, itu bukan dari partai. Karena seluruh partai, kan, kompak mendukung Kapolri terpilih," kata Hasto di kediaman Megawati Soekarnoputri, Jumat, 16 Januari 2015. (Baca: Budi Gunawan Tersangka PDIP Anggap KPK Dendam)
Hanya, belakangan ini pihak KPK membantah adanya dominasi salah satu pimpinan dalam penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Deputi Bidang Pencegahan KPK Johan Budi mengatakan tuduhan Hasto terhadap Abraham Samad tidak benar. Menurut dia, tak ada alasan politik di balik penetapan Budi.
"Penetapan tersangka itu kesepakatan seluruh pimpinan, tak cuma Abraham saja," kata Johan Budi di Kantor KPK, Jakarta, Kamis, 22 Januari 2015. Menurut Johan, KPK bisa mengambil langkah hukum apabila Hasto gagal menunjukkan barang bukti. (Baca: Semua Pimpinan KPK Putuskan Status Tersangka Budi)
Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Salestinus juga membela KPK. Ia membeberkan bahwa Megawati pernah dipanggil oleh KPK. " KPK pernah memanggil Megawati dalam kasus cek perjalanan untuk pemilihan Gubernur BI Miranda S. Goeltom," kata Petrus, Kamis malam, 22 Januari 2015.
Ketua KPK Abraham Samad, Agustus lalu, juga pernah menyingung nama Megawati dalam kasus lain, yakni Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Abraham Samad menegaskan institusi yang dipimpinnya tidak merasa takut apabila harus memeriksa Megawati. (Baca: Kasus BLBI, KPK Tak Takut Panggil Megawati )
"Jadi begini, posisi KPK itu menyamakan semua orang di depan hukum. Kami tidak peduli apakah itu Megawati, atau presiden, tidak ada urusan bagi KPK," kata Abraham, 27 Agustus 2014
INDRI MAULIDAR | FRANSISCO ROSARIANS I TIM TEMPO
Berita Lain:
KPK Diserang, Abdullah Hehamahua: Jangan Khawatir
Budi Gunawan Serang KPK, Jokowi Jangan Cuek
PDIP Diserang Balik: KPK Pernah Panggil Megawati