TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto, mengatakan Presiden Joko Widodo memiliki semboyan “Jas Merah” seperti Presiden Sukarno. Namun ini berbeda kepanjangannya dengan semboyan Soekarno yang berarti "jangan melupakan sejarah".
"Kalau Jokowi itu ‘jangan sampai Mega marah’," ujar Nico di Menteng, Sabtu, 17 Januari 2015. (Baca: 3 Kekeliruan Jokowi Soal Plt Kapolri Ala Gerindra.)
Baca Juga:
Semboyan ini juga, menurut Nico, yang menjadi dasar Jokowi mengambil keputusan mengangkat Komisaris Jenderal Badrodin Haiti sebagai Pelaksana Tugas Kepala Kepolisian RI. Sedangkan Jenderal Sutarman dicopot dan Komjen Budi Gunawan ditunda pelantikannya. (Baca: Jadi Plt Kapolri, Badrodin Tak Boleh....)
Keputusan tersebut terbilang tepat karena Jokowi berhasil keluar dari himpitan empat kepentingan besar, yaitu Istana, Parlemen, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Teuku Umar—nama jalan kediaman Megawati Soekarnoputri. Sebagai presiden yang tak punya kuasa veto di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Jokowi memang harus berhati-hati terhadap kepentingan Mega.
"Kemarin itu, Jokowi benar-benar dalam masalah," kata Nico. (Baca: Kompolnas: Badrodin Atasi Kemelut Kapolri.)
Kekuatan Teuku Umar cukup besar. Selain sebagai ketua umum partai suara terbanyak, Mega selalu memimpin pembicaraan Koalisi Indonesia Hebat saat berhadapan dengan isu krusial.
Jokowi akhirnya tetap meneruskan niatnya mengangkat Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI setelah Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih satu suara di Parlemen. Keputusan KPK menjegal Budi dengan menetapkannya sebagai tersangka kasus rekening mencurigakan juga tetap dihormati.
FRANSISCO ROSARIANS
Berita Terpopuler:
Kabar Kabareskrim Dicopot, Menteri Tedjo Tak Tahu
Kabar Suhardi Dicopot, Begini Suasana Bareskrim
Ketemu Budi Gunawan di Istana, Sutarman Bungkam
Tunda Budi, Jokowi Hindari 3 Masalah Besar
Cuit SBY: Selamatkan Negara, Presiden, dan Polri
Kalah Perang, Bos ISIS Perintah Eksekusi 56 Anggota Milisi