TEMPO.CO, Teluk Kumai - Pencarian AirAsia melibatkan banyak tim dari satuan yang berbeda. Masing-masing punya cara dan gayanya sendiri dalam beraksi. Misalnya saja dalam berkomunikasi.
Sebagai contoh, tim penyelam Komando Pasukan Katak yang masih menggunakan cara konvensional untuk berkomunikasi di bawah laut. "Kami menggunakan isyarat tali," kata Komandan Kopaska Letnan Edi Abdilah, Jumat, 2 Januari 2015.
Saat menyelam, kata Edi, timnya tidak boleh sendiri. Minimal ada dua penyelam dan satu orang yang bersiaga di permukaan laut untuk berjaga. Ketiga orang ini saling terhubung dengan seutas tali. (Baca: Lokasi Ekor Pesawat AirAsia QZ8501 Ditemukan)
Bila penyelam mencapai dasar laut dan positif menemukan yang dicari, dia akan menarik tali sekali sebagai tanda. Bila negatif, dua kali. Kemudian, saat penyelam ingin kembali ke permukaan, terlebih dulu dia akan memberi isyarat dengan empat kali tarikan tali. Bila tali penghubung ditarik berkali-kali dalam waktu berdekatan, ini berarti kondisi darurat.
"Mungkin penyelam di bawah menemukan sesuatu, bisa juga sedang butuh pertolongan. Satu penyelam lagi akan terjun untuk mencari tahu kondisi darurat itu," Edi menjelaskan. (Baca: AirAsia QZ8501, 5 Fakta dan 5 Tanda Tanya)
Menurut Edi, komunikasi dengan tali lebih efektif dibanding menggunakan peralatan canggih. Alasannya, peralatan elektronik punya keterbatasan seperti dapat rusak dan memberatkan penyelam.
Sementara itu, tim penyelam dari Basarnas Special Group justru memilih peralatan canggih untuk komunikasi bawah laut. Mereka memiliki alat communication under water nirkabel yang terpasang langsung ke helm penyelam.
"Baru BSG yang punya peralatan ini. SAR daerah juga punya alat komunikasi tapi masih pakai kabel sehingga tidak bisa digunakan dalam kondisi arus kencang," ujar Prio Prayudha Utama, salah seorang penyelam tim elite Basarnas itu.
Dengan peralatan canggih ini, penyelam tinggal menggunakan peralatan selam seperti biasa yang sudah terpasang alat komunikasi. Orang yang bersiaga di atas akan mencelupkan antena ke dalam air. Setelah antena masuk sejauh 5 meter ke air, sesama penyelam dan pengawas sudah leluasa berkomunikasi. Jangkauan alat ini mencapai 1 kilometer.
"Terhambat hanya kalau ada benda keras yang menghalangi penyelam seperti dia berada di balik tebing laut atau karang," ujar Prio.
Apapun gaya komunikasinya, tiap tim ini bertekad menemukan dan mengevakuasi korban jatuhnya AirAsia sesegera mungkin. Mereka akan bekerja berdampingan, Kopaska memulai pencarian dari KRI Banda Aceh sedangkan penyelam Basarnas akan menggunakan KN Purworejo.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Baca berita lainnya:
Korban AirAsia QZ8501 Ketemu, Masih Ada 10 Misteri
Air Asia Ketemu, Keluarga Penumpang MH370 Cemburu
Geger, Menteri Jonan Damprat Direktur Air Asia
Pesawat Hilang: RI Lebih Cepat Ketimbang Malaysia