TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna berbagi pengalaman tentang betapa bahayanya awan cumulonimbus (CB) bagi pesawat terbang komersial dan pesawat tempur. Sambil menunjuk pin "wings" miliknya, Agus mengklaim sudah pernah menerbangkan sejumlah pesawat tempur dan menembus pelbagai jenis awan.
"Pengalaman saya, jelas, awan CB itu bahaya. Kalau masuk, sudah nasib bener itu di dalamnya," kata Agus seusai pelantikan di Istana Negara, Jumat, 2 Januari 2015.
Agus mengaku pernah terbang dengan pesawat tempur bersama tiga rekannya saat menghadapi awan jenis ini. Namun, Agus tak mendetailkan jenis pesawatnya. Menurut Agus, empat pesawat yang masing-masing dikendarai Agus dan tiga temannya tak memiliki radar cuaca untuk mengetahui jenis awan. Alhasil, keempat pesawat terpaksa masuk ke awan cumulonimbus yang tebal dan tinggi.
Dalam penerbangan tersebut, salah satu pesawat tempur menghilang karena jarak pandang dan arah yang tak dapat ditebak. Kondisi dalam awan sendiri cukup berat.
"Kalau kita punya radar, pasti menghindar. Awan CB itu memang harus dihindari. Pesawat apa pun harus menghindar ke kanan, ke kiri, ke atas, atau putar kembali. Lebih baik kembali kalau tak yakin tembus," ujar Agus.
Kisah ini diutarakan Agus menanggapi peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ5801 dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura. Salah satu dugaan penyebab jatuhnya pesawat yang mengangkut 162 orang ini adalah cuaca buruk. Pesawat diduga memaksa masuk ke awan Cumulonimbus.
FRANSISCO ROSARIANS