TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Hujan dan angin kencang menyergap perairan Teluk Kumai, Pangkalan Bun, yang menjadi jalur pelayaran kapal-kapal penyelamat dan pencari jejak AirAsia QZ8501. (Baca: Pilot Air Asia QZ7510 Terendus Pakai Narkoba)
Sejak Kamis, 1 Januari 2015, pukul 08.00 WIB, langit di sebelah barat Teluk Kumai digelayuti awan kumulonimbus. Semakin siang, awan hitam itu semakin mendekat ke Teluk Kumai. Sekitar pukul 11.00 WIB, hujan deras dan angin pun turun di Teluk Kumai.
Kapten Kapal Negara (KN) Purworejo, Adil Triyanto, mengatakan kecepatan angin saat itu mencapai 30 knot. "Jarak pandang hanya 50-60 meter," kata Adil. (Baca: Pakai Narkoba, Lisensi Pilot Air Asia Bisa Dicabut)
Akibatnya, Adil urung membawa tim penyelam dari satuan elite yang mengemban misi mencari puing-puing QZ8501. "Ombak di sini memang hanya 2-3 meter, tapi di tengah laut sana bisa mencapai 5 meter," ujarnya.
Adil memutuskan menunggu cuaca menjadi lebih baik sebelum memulai pencarian. Waktu tempuh dari Pelabuhan Kumai ke lokasi yang diduga menjadi tempat jatuhnya AirAsia 6 jam, sedangkan jaraknya 90 mil laut.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Berita Terpopuler
Ahok Promosikan Penemu Puing Air Asia, Siapa Dia?
Tayangan Air Asia, KPI Sentil Tiga Stasiun TV
Ini Pesan Terakhir Teknisi Air Asia di Blackberry