TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Kepolisian Nasional memberi catatan khusus terhadap cara polisi menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Komisi kepolisian memberi nilai merah pada kinerja kepolisian terkait dengan kasus ini.
"Kepolisian hanya membaca pasal-pasal saja, jarang berempati kepada korban," kata Komisioner Kompolnas, Hamidah Abdurrachman kepada Tempo, Ahad, 21 Desember 2014.
Ia mencermati kasus pencabulan terhadap sembilan anak di Grogol Petamburan, Jakarta Barat. "Kasus ini terkesan sama sekali tak diprioritaskan oleh kepolisian Jakarta Barat," kata dia. Padahal, kata Hamidah, kasus ini tak boleh dibiarkan jalan di tempat.
Hamidah juga menyebutkan sepanjang 2014, sedikitnya ada enam laporan yang diterima oleh Kompolnas, di mana perempuan yang melaporkan justru menjadi tersangka. Menurut dia, hal ini tidak terjadi jika penyidik mau berempati bahwa korban adalah orang yang menderita. "Ironis itu," kata dia.
Ia menyayangkan cara pandang kepolisian yang menilai korban sebatas saksi. "Kebanyakan kasus selesai jika korban sudah dimintai keterangan," kata dia. Padahal, kata Hamidah, semestinya kasus akan selesai jika tersangka sudah diproses.
Hamidah juga menyoroti cara-cara penyidik yang tak bersahabat ketika melakukan pemeriksaan terhadap korban kekerasan seksual. "Ada tren yang tak kunjung menurun terkait dengan kekerasan verbal yang dilakukan penyidik kepada korban," kata dia. Padahal, menurut Hamidah, korban kekerasan seksual mengalami trauma yang berat sehingga harus diperlakukan dengan penanganan khusus.
Untuk itu, Hamidah meminta kepolisian meningkatkan kompetensi penyidik dan pembantu penyidik untuk bagian PPA. "Harus dibekali dengan ilmu psikologi, ilmu sosiologi dan pemahaman mengenai hak-hak asasi manusia," kata dia. "Jangan sampai penyidik cuma tahunya pasal-pasal saja, tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan korban."
DINI PRAMITA
Topik terhangat:
KSAL Baru | Lumpur Lapindo | Perayaan Natal | Susi Pudjiastuti | Kasus Munir
Berita terpopuler lainnya:
'Kalau Lapindo Salah, Kamu Pikir Jokowi Mau'
10 Penemuan Ilmiah Paling Menghebohkan 2014
Faisal Basri: Premium Lebih Mahal dari Pertamax