TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Presidium Penyelamat Partai Golkar, Yorrys Raweyai, menilai keputusan Airlangga Hartato mundur dari bursa pencalonan Ketua Umum Golkar sebagai langkah yang tepat. Menurut dia, Airlangga akhirnya tahu ada kecurangan dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional IX Golkar versi Aburizal Bakrie alias Ical yang berlangsung di Nusa Dua, Bali. (Baca: Tiga Janji Palsu Ical Selama Jadi Ketum Golkar )
"Dia sudah tepat. Awalnya memang dia selalu berpikir positif, tetapi akhirnya melihat Partai Golkar sangat kejam. Bahkan kejam melebihi zaman Pak Soeharto," ujar Yorrys saat dihubungi Tempo, Selasa, 2 Desember 2014. (Baca: Peluang Partai Baru Sempalan Golkar Pasca Munas)
Airlangga Hartato tercatat sebagai Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Golkar periode 2009-2015. Ia merupakan satu-satunya calon ketua umum yang maju melawan Ical dalam musyawarah nasional partai beringin.
Namun, pada Senin malam, 1 Desember 2014, ia mengundurkan diri karena melihat adanya kecurangan dalam penyusunan tata tertib pemilihan ketua umum. Ia berpendapat, pemilihan seharusnya dilakukan secara terbuka, sedangkan voting secara tertutup.
Yorrys melanjutkan, mundurnya Airlangga semakin menunjukkan bakal adanya aklamasi untuk kemenangan Ical. Jika tata tertib pemilihan ketua umum disetujui, kata dia, Ical akan kembali menjabat ketua umum untuk lima tahun berikutnya. Meski begitu, Presidium akan menolak mengakui Ical sebagai ketua umum karena pemilihannya ilegal dan tak sesuai dengan anggaran dasar/anggaran rumah tangga partai.
Yorrys menuding kelompok pendukung Ical hanya ingin memperkuat bisnis lewat partai. "Selama lima tahun ini, mereka bentuk kartel dukungan bisnis dengan mengakuisisi Golkar," kata Yorrys.
PUTRI ADITYOWATI.
Berita terpopuler:
Jokowi Larang PNS Priyayi, Meme Lucu Bertebaran
Kubu Agung 'Main Mata' dengan Peserta Munas Bali
JK: Golkar Bisa Pecah Lagi
Tiga Janji Palsu Ical Selama Jadi Ketum Golkar