TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga swadaya masyarakat pemantau hak asasi manusia, Human Rights Watch, mewawancarai delapan polisi wanita dan calon polisi wanita di enam kota Indonesia yang telah menjalani tes keperawanan. Kota-kota lokasi wawancara tersebut yakni Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Padang, Medan, dan Makassar. (Baca: Syarat Jadi Polwan: Tak Boleh Kawin Dulu)
Dari hasil wawancara, Andreas Harsono--peneliti Human Rights Watch--bercerita, salah satu calon polisi wanita menjelaskan praktek tes keperawanan yang dialaminya. "Tes itu juga dikatakan tes dua jari," kata Andreas saat dihubungi Tempo, Rabu, 19 November 2014. (Baca: Tes Keperawanan Polwan Bikin Heboh Polri)
Menurut pengakuan calon polwan itu, para peminat profesi polwan masuk ke sebuah ruangan satu per satu untuk dites. Seorang dokter wanita lalu memeriksa mereka dengan cara memasukkan jarinya yang terbungkus sarung tangan ke dalam vagina mereka.
Dalam siaran pers, Human Rights Watch menjelaskan perasaan wanita itu. "Rasanya sakit sekali. Bahkan teman saya ada yang sampai pingsan. Saya sangat malu sekali karena di dalam ruangan tidak tertutup," katanya. (Baca: Polwan Cantik Menyamar Jadi Korban Trafficking)
Selain diduga tersiksa secara fisik, Andreas mengatakan, banyak calon polwan yang mengalami trauma atas pemeriksaan itu. Padahal para perempuan tersebut diharapkan dapat mengendalikan emosi masyarakat ketika sudah menjadi polisi. (Baca: Dari CCTV, Lahirlah Polwan Cantik)
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Ronnie Frangky Sompie mengatakan tes yang dialami para calon polwan itu bukan tes keperawanan, melainkan tes kesehatan menyeluruh. Ia mengatakan tes kesehatan itu sudah ada sejak dulu. Menurut dia, tes dengan cara seperti itu dianggap wajar.
MITRA TARIGAN
Berita Terpopuler Lainnya
Organda Naikkan Tarif Angkutan 30 Persen Besok
Kaesang Jokowi Pun Ingin ke Taman Jomblo
Baru Kembali Latihan, Sturridge Cedera Lagi
Pidato Jokowi di APEC Dilagukan, I'am Happy
Ahok Dilantik, 40 Anggota Keluarga Ikut Serta