TEMPO.CO, Raha - Setelah menempuh sekitar enam jam perjalanan melalui rute laut dan darat, jenazah Seneng Mujiasih alias Jessie Lorena tiba di kampung halamannya sekitar pukul 18.00 Wita di Desa Sido Makmur, Kecamatan Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, Rabu, 12 November 2014.
Orang tua Seneng, Mujiharjo dan Jumineng, tampak sangat terpukul dengan kedatangan Seneng yang sudah dalam kondisi tak bernyawa. Ratusan pelayat yang ikut hadir juga tak kalah riuhnya larut dalam suasana tangis duka. (Baca juga: Jasad Seneng Mujiasih Dimakamkan)
Dari pantauan Tempo di rumah duka, ibu almarhumah, Jumineng, berteriak histeris sembari menangis ketika peti jenazah Seneng disemayamkan. Bahkan Jumineng terpaksa dipapah oleh beberapa anggota keluarga karena pingsan.
Sebelum dikuburkan, jenazah Seneng kembali disalatkan keluarga. Namun, sesaat sebelum dibawa ke TPU, keluarga melakukan tradisi kembar mayang. Ini adalah tradisi adat bagi jasad yang belum menikah, dengan cara melingkarkan rangkaian bunga dan janur di sisi jenazah.
"Sudah tradisi Jawa itu. Jika meninggal dalam keadaan belum menikah, ya, harus diadati dengan kembar mayang. Itu maknanya supaya di sana ada yang temani," tutur Siti Hindun, keluarga Seneng.
Baca Juga:
Seneng Mujiasih alias Jessie Lorena adalah korban pembunuhan Rurik Jutting, warga Inggris yang menetap di Hong Kong. Seneng ditemukan tak bernyawa bersama Sumarti Ningsih, WNI asal Cilacap, Jawa Tengah, pekan lalu.
ROSNIAWANTY FIKRI
Berita lain:
Pidato Jokowi Terbanyak Ditonton, Kalahkan Obama
Makna Baju Batik Parang Barong Jokowi di APEC
Fahrurrozi Janji Tak Lempari Ahok dengan Batu dan Telur