TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Anas Yusuf mengatakan, berdasarkan hasil otopsi yang dikeluarkan Rumah Sakit Bhayangkara Pusat Pendidikan dan Tugas Umum (Pusdik Gasum) Kepolisian Republik Indonesia di Kecamatan Porong, Sidoarjo, korban yang tewas di dalam tahanan Kepolisian Sektor Sukodono tidak memiliki tanda kekerasan atau tanda penganiayaan di tubuhnya.
"Hasil otopsinya, tidak ada kekerasan penganiayaan. Itu kata dokter yang mengotopsi, bukan kata saya yang bukan dokter," kata Anas seusai acara silaturahmi TNI dan Polri di Pusdik Gasum, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Rabu, 12 November 2014.
Hasil itu, ujar dia, bukan rekayasa karena dikeluarkan oleh dokter ahli yang mengetahui ilmunya. Dia juga menegaskan bahwa kasus ini tidak akan ditutup-tutupi karena demi terciptanya keadilan, baik bagi warga maupun pihak kepolisian. "Saya sudah perintahkan kepada Kapolres Sidoarjo supaya penyelidikannya selalu transparan dan terbuka untuk umum," ujarnya. (Baca: Tahanan Tewas, Polisi Dianggap Langgar Kode Etik)
Dalam rangka mendukung penyelidikan itu, penyidik Divisi Profesi dan Pengamanan Polres Sidaorjo menggandeng Tim Forensik Polda Jatim, tim forensik dari tenaga ahli, serta tim dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. "Semua bukti-bukti ini akan dikolaborasikan demi menemukan kebenaran kasus ini," tuturnya.
Anas mengatakan, apabila ada anggota yang terlibat dalam kasus ini dan terbukti bersalah, pihaknya akan menindaklanjuti hingga tuntas. "Jika ada anggota terlibat, tetap kami tindak lanjuti," ujarnya.
Sejak kemarin, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia turun tangan menyelidiki kasus tewasnya Moch. Imron Zainuddin, 25 tahun, warga Desa Kebonagung, Sidoarjo, saat ditahan di Markas Kepolisian Sektor Sukodono pada 1 November 2014. Imron diduga menjadi korban salah tangkap dan dipukuli polisi yang mengamankan tawuran penonton saat konser musik dangdut di lapangan dekat rumah korban. Imron tewas keesokan harinya setelah ditahan. (Lihat: Tahanan Tewas, Warga Sidoarjo Blokir Jalan)
Adapun hasil otopsi tubuh Imron terdapat tiga kesimpulan. Pertama, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban yang dapat mengakibatkan kematian. Kedua, ditemukan luka dalam. Namun, setelah diselidiki, luka dalam itu bukan bekas benda tumpul yang dapat menjadi penyebab kematian korban. Ketiga, kondisi pankreas korban mengalami kerusakan. Hal itu karena kebiasaan sehari-hari korban yang diduga banyak mengkonsumsi minuman keras. Namun hasil otopsi ini ditentang oleh pihak keluarga karena tidak sesuai dengan fakta sebelum Imron diotopsi. Mereka juga punya foto Imron sebelum diotopsi.
MOHAMMAD SYARRAFAH
Berita Terkait
Tingkah Polah 3 Ibu Negara Dunia di Instagram
SBY: Terima SMS, Ani Yudhoyono Tak Tidur
Media Asing Soroti Ani Yudhoyono di Instagram
Ani Yudhoyono Ajak Istri Menteri Doakan Korban Banjir
Malas Dikomentari, Ani SBY Bisa Kunci Instagram