TEMPO.CO , Bojonegoro: Sejumlah ikan spesies Sungai Bengawan Solo yang mengalir di Kabupaten Bojonegoro-Tuban-Lamongan dan sekitarnya terancam punah. Ancaman kepunahan ikan air tawar diduga terjadi karena penangkapan dengan bahan kimia dan belum ada aturan soal perlindungan hewan air langka di Bengawan Solo.
Spesies ikan yang terancam punah, seperti ikan sili, ikan areng-areng, ikan lempuk, udang watang supit biru, gloso dan masih ada beberapa ikan langka lainnya. Dalam lima tahun terakhir, jenis ikan air tawar tersebut sudah sulit ditemukan. “Sekarang sudah sulit ditemukan,” ujar Nardi, 36 tahun, pemancing di Bengawan Solo pada Tempo, Rabu 5 November 2014.
Bahkan, udang watang yang supit besar dengan warna biru-ungu sudah tidak lagi ditemukan. Padahal, udang dengan ukuran dan sebesar pergelangan ini jadi favorit masyarakat di pinggir Bengawan Solo.
Selain itu, masih ada jenis ikan, mirip ikan pari dengan warna cokelat dan pipih berdiameter sekitar 40 sentimeter sudah tidak lagi ditemukan. begitu pula dengan bulus (sejenis kura-kura). Bulus yang besarnya bisa mencapai diameter satu meter dengan mulut mirip gigi burung Kakak Tua itu juga sudah sulit ditemukan.
Terhadap ikan jenis ini, memang menjadi buruan masyarakat di pinggir Bengawan Solo. Bulus misalnya, jika berukuran besar biasanya dipotong dan dimasak beramai-ramai. Konon, dagingnya yang warna-warni itu bisa meningkatkan vitalitas kaum lelaki.
Penasehat Komunitas Sili Bangkit (komunitas pemancing dan pemerhati lingkungan) Bojonegoro, Sudarmojo, 54 tahun, mengatakan, saatnya Pemerintah Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, mengeluarkan aturan baru agar ikan-ikan spesies Bengawan Solo tidak hilang dan punah. Pemerintah daerah juga diminta tegas untuk para penangkap ikan yang menggunakan bahan kimia. “Kalau tegas pasti mereka takut,” ujarnya pada Tempo, Rabu, 5 November 2014.
SUJATMIKO
Berita lain:
Jokowi Gandeng 20 Investor Infrastruktur
Anang Hermansyah Angkat Bicara Soal Kabinet Jokowi
Sebelum Jadi Menteri, Kekayaan Jonan Rp 23 Miliar