TEMPO.CO, Yogyakarta - Forum Dokter Hewan Kota Yogyakarta menggandeng sejumlah komunitas serta pelajar sekolah menengah atas di Kota Yogyakarta untuk menggelar pengenalan alam dalam bentuk jambore antarsiswa sekolah yang dipusatkan di kawasan ekologi Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Sabtu, 1 November, dan Ahad, 2 November 2014.
Dalam kegiatan yang melibatkan sekitar 90 pelajar itu, siswa dikenalkan konsep ilmiah simbiosis mutualisme yang makin diabaikan dan akhirnya berdampak langsung pada terganggunya kehidupan manusia. “Kami ingin menunjukkan saat ada satu rantai makanan di alam yang terputus atau ekosistem terganggu, dampaknya luar biasa buat manusia,” kata ketua panitia kegiatan yang juga pengurus Forum Dokter Hewan Kota Yogyakarta, Haris Darmawan, Jumat, 30 Oktober 2014.
Haris mencontohkan, saat terjadinya ledakan populasi ulat bulu dan tomcat beberapa waktu lalu di sejumlah wilayah Tanah Air, khususnya Jawa, isu lingkungan seperti tersisihkan. Padahal ledakan populasi ulat bulu dan tomcat itu disebabkan putusnya sejumlah rantai makanan hewan tersebut yang dilakukan manusia.
“Yang memicu ledakan populasi ulat dan tomcat kemarin salah satunya karena perburuan tokek yang luar biasa karena harganya di pasar semakin tinggi,” katanya. Tokek saat ini dipercaya sangat berguna untuk medis, seperti menyembuhkan berbagai penyakit hingga bahan pembuatan kosmetik.
Contoh lain, sekitar satu dasawarsa terakhir, banyak lahan pertanian gagal panen akibat serangan tikus yang merebak. Hal itu sangat dipicu akibat punahnya mata rantai paling atas, yakni burung hantu, juga predator lain pemangsa tikus, seperti elang.
“Sudah jarang ditemukan pohon-pohon layak di pedesaan untuk habitat burung hantu ini, begitu juga di bukit untuk elang-elang itu,” ujarnya.
Dalam jambore ini, siswa diajak mengenal tanda-tanda perubahan alam menggunakan bioindicator yang mudah ditemukan. Misalnya, jika di suatu area masih banyak terdapat sejumlah hewan, seperti capung dan katak, bisa dipastikan kawasan itu punya kandungan oksigen yang melimpah serta air yang masih aman dikonsumsi.
Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan Pertanian Kota Yogyakarta, Suyana, menuturkan pengamatan langsung habitat alam dan ekosistem sedari dini dalam kegiatan jambore itu menjadi satu kebutuhan mendesak untuk menggalang penyadaran pelestarian lingkungan. “Keberadaan satwa dan tanaman yang berperan sebagai indikator keseimbangan alam ini yang perlu jadi sorotan dan harus dijaga,” katanya.
PRIBADI WICAKSONO
Berita lain:
Kemlu AS: Menhan Ryamizard bukan Pelanggar HAM
Kala Menteri Susi Adu Lari dengan Wartawan
JK Nilai Penanganan Kasus Penghinaan Jokowi Terus