TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, tidak yakin Golkar akan terus berada di koalisi pendukung Prabowo. Menurut dia, begitu Ketua Umum Aburizal Bakrie lengser, pimpinan Golkar yang baru akan beralih haluan ke pemerintah.
"Sifat politik adalah dinamis, bukan statis," katanya di Gedung Joang 45, Jakarta, saat menghadiri acara bertajuk Divided Government: Pemberantasan Korupsi dan Tantangan Pemerintahan Jokowi-JK yang diadakan Lembaga Survei Indonesia, Ahad, 19 Oktober 2014.
Keberadaan Golkar di Koalisi Merah Putih, kata Ikrar, hanya diatur dalam perjanjian antara Ical dan Prabowo. Ikrar mengatakan sikap Golkar akan berubah seiring dengan pergelaran kongres besar Golkar pada awal tahun mendatang. Soalnya, ujar Ikrar, sebuah partai akan lebih mendapat untung bila mendekat ke pemerintah ketimbang ke parlemen.
"Terlebih lagi jika ketum yang baru berasal dari kalangan pengusaha," katanya.
Seorang pengusaha, kata Ikrar, akan lebih mudah melobi suatu kebijakan yang menguntungkan di bidang ekonomi kepada pemerintah. "Sekalipun jika ketum yang baru adalah orang terdekat Ical," katanya.
Sebelumnya, Golkar mengatakan akan menggelar kongres besar pada awal 2015. Acara tersebut dikomandoi oleh Fadel Muhammad. Namun, belakangan terjadi pergolakan di lingkup internal Partai Golkar sendiri.
Poros Muda Partai Golkar ingin Ical segera diganti. Menurut organisasi berisi kader muda beringin ini, jabatan Ical sudah kedaluwarsa pada tahun ini. Mereka mengancam akan mempercepat pelaksanaan kongres untuk segera mengganti Ical.
ANDI RUSLI