TEMPO.CO, Padang - Tim pemeriksa kondisi psikologis korban dan pelaku kekerasan di Sekolah Dasar (SD) Trisula Perwari Bukittinggi, Sumatera Barat, mengatakan para siswa pelaku penganiayaan terhadap rekan mereka bersikap brutal karena terpengaruh tayangan televisi.
"Pengaruh tontonan itu terlihat dalam gaya kekerasan yang dilakukan pelaku terhadap si korban," kata ketua tim, Yosi Molina, Sabtu, 18 Oktober 2014. (Baca: Diduga Ada Korban Lain Kekerasan di SD Bukittinggi)
Baca Juga:
Menurut Yosi, hasil pemeriksaan mengarah pada fakta bahwa siswa dan siswi SD Perwari terpapar oleh game online, PlayStation, dan tayangan yang mengadung kekerasan di televisi. Mereka rata-rata kerap menonton film kartun dan sinetron yang mengumbar adegan kekerasan. "Dampaknya, anak merasa ingin tahu, ingin mencoba, dan agresif setelah menonton acara tersebut."
Selain siswa terpengaruh tontonan, hasil pemeriksaan juga menunjukkan fungsi keluarga yang lemah. Yosi mengatakan pola asuh yang permisif dan peran ayah yang tidak kuat menyebabkan anak-anak tak paham akan aturan dan batasan-batasan perilaku. Tidak efektifnya komunikasi di dalam keluarga menyebabkan anak-anak mencari bentuk komunikasi lain yang negatif. (Baca: Orang Tua Siswa SD Perwari Bukittinggi Khawatir )
Tim pemeriksa kondisi psikologis ini beranggotakan delapan psikolog yang berasal dari Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas, dan Pemerintah Kota Bukittinggi. Mereka memeriksa korban dan pelaku pada Senin-Jumat, 13-17 Oktober 2014. Yosi mengatakan hasil pemeriksaan akan diserahkan kepada Pemerintah Kota Bukittinggi.
Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Bukittinggi Yuen Karnova mengatakan tengah mempelajari hasil pemeriksaan tersebut. "Nanti akan disampaikan kepada publik," ujarnya. (Baca: Video Penganiayaan Murid SD di Bukittinggi Beredar)
ANDRI EL FARUQI
Berita Terpopuler
Diberi Hormat Prabowo, Mengapa Jokowi Membungkuk?
Prabowo: Jokowi Seorang Patriot
Jokowi Janji Perbolehkan Rakyat Masuk Istana