TEMPO.CO, Yogyakarta - Organisasi non-pemerintah yang berfokus pada pemenuhan hak reproduksi, Samsara, menyebutkan sebanyak 70 persen perempuan yang mengakses layanan aborsi adalah remaja. Mereka umumnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Koordinator hotline Samsara, Naila N.K., mengatakan remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan melakukan hubungan seksual atas dasar mencari pengalaman. Mereka tidak mendapatkan pendidikan kesehatan reproduksi secara baik dan merata. "Mereka selama ini mendapat stigma buruk tanpa dipikirkan bagaimana supaya mereka mendapat pendidikan kesehatan reproduksi," katanya, Ahad, 12 Oktober 2014.
Menurut dia, selain remaja, perempuan yang mengakses layanan konseling Samsara adalah ibu rumah tangga yang telah bersuami, ibu rumah tangga yang sudah punya banyak anak, dan perempuan 30 tahun yang sudah menikah dan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Layanan konseling Samsara adalah memberikan informasi perihal aborsi yang aman. Organisasi ini menggunakan petunjuk dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Rekomendasi WHO itu di antaranya aborsi dilakukan di rumah dengan menggunakan obat yang aman. Sedangkan aborsi melalui bantuan dokter atau tenaga ahli di Indonesia belum dilegalkan. Aborsi berbeda dengan pembunuhan janin. Aborsi terjadi jika pengguguran dilakukan terhadap kandungan yang berumur 12-14 pekan. Jika kandungan sudah berupa janin berumur lebih dari 14 pekan, pengguguran itu masuk dalam kategori pembunuhan. "Ketika janin dikeluarkan dari rahim dalam kondisi masih hidup, itu merupakan pembunuhan," kata Naila.
Sebelumnya, Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta membahas aborsi dalam diskusi bertema "Aborsi dan Media" pada Jumat malam, 10 Oktober 2014. Diskusi ini menghadirkan narasumber dari Samsara, yakni Naila N.K.. Konselor Samsara yang juga hadir dalam diskusi itu, Firnanda Hesti W., menyatakan setiap pekan ada tiga hingga sepuluh perempuan yang berkonsultasi dengan Samsara tentang aborsi yang aman. "Saking traumanya, ada perempuan yang menelepon Samsara, tapi hanya terdengar tangisnya tanpa mengucap sepatah kata," katanya.
Konselor untuk kehamilan tidak direncanakan dan aborsi itu menyatakan, mereka yang mengakses layanan informasi Samsara belum mendapat pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi secara merata. Pendidikan seksual ini tidak melulu berhubungan dengan seks. Tapi juga membuat perempuan punya posisi tawar dalam sebuah relasi dengan laki-laki. "Ini perkara relasi kuasa," kata Firnanda.
SHINTA MAHARANI
Baca juga:
Besok, Jokowi Bertemu Mark Zuckerberg
Mengurai Jurus Rahasia Marc Marquez
Gerindra Usut Pengkhianatan Kadernya di Pilpres
Solar Langka, Nelayan Tegal Gelar Demo Besar