TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Prabowo, atau yang lebih dikenal dengan Koalisi Merah Putih, menerapkan strategi yang jitu sehingga bisa memborong jatah kursi pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI).
Hal itu dikemukakan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Achmad Dimyati Natakusumah. Oleh karena itu, dia memuji strategi koalisi sehingga mampu mengungguli koalisi pendukung Joko Widodo alias Koalisi Indonesia Hebat.
Menurut Dimyati, strategi itu bisa merebut dukungan suara dari anggota Dewan Perwakilan Daerah karena mengusung kandidat dari Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. "Mereka membuat strategi baru yang bagus dengan memasang pimpinan dari barat, timur, utara, selatan," ujar Dimyati ketika dihubungi, Jumat, 10 Oktober 2014.
Ketua MPR Zulkifli Hasan berasal dari Sumatera. Masing-masing wakilnya, yakni Hidayat Nur Wahid dari Jawa, Mahyuddin dari Kalimantan, EE Mangindaan dari Sulawesi, dan Oesman Sapta dari Kalimantan.
Dimyati membandingkan komposisi pimpinan MPR yang diusung koalisi Jokowi, yang disebut Dimyati, tidak rata. "Pak Hazrul dan Pak Rio sama-sama dari Sumatera," katanya. Dua calon pimpinan lainnya, Imam Nahrawi dan Ahmad Basarah, sama-sama berasal dari Jawa.
Selain komposisi wilayah, kata Dimyati, secara kualitas juga paket pimpinan koalisi Prabowo lebih baik karena terdapat dua mantan menteri, Zulkifli Hasan dan EE. Mangindan, serta Hidayat Nur Wahid, yang merupakan mantan Ketua MPR.
Ihwal bergabungnya PPP ke koalisi Jokowi dalam pemilihan pimpinan MPR, menurut Dimyati, merupakan kecelakaan karena sesungguhnya koalisi Prabowo sudah menyediakan satu tempat bagi PPP. "Tapi ternyata tim Pak Hazrul sudah berjalan terlalu jauh dengan Koalisi Indonesia Hebat," ucapnya.
TIKA PRIMANDARI
Berita Terpopuler:
Novel FPI Menyerahkan Diri ke Polda Metro Jaya
Seusai Geger MPR, Mega-SBY Kunci Stabilitas Politik
FPI: Ahok Tak Akan Bisa Bubarkan Kami
Nazaruddin: Ibas Terima Duit Korupsi Wisma Atlet
Bantah Jokowi, KSAD Pamer Leopard Tak Rusak Jalan