TEMPO.CO, Tasikmalaya - Lahan persawahan di Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami kekeringan. Saluran irigasi tak bisa lagi mengairi lahan persawahan karena debit air terus menyusut.
Namun warga pemilik sawah tak tinggal diam. Mereka secara swadaya membangun kincir air berukuran besar di Sungai Citanduy, yang debit airnya tidak terlalu besar karena sedang musim kemarau. Cara kerja kincir ini masih sederhana. Air dari sungai diambil oleh potongan bambu yang menempel di kincir tersebut. Potongan bambu yang terus berputar lalu menumpahkan air saat posisi bambu berada di atas. Tumpahan air kemudian ditampung di sebuah talang yang kemudian mengalirkan air ke sawah yang kekeringan.
"Satu kincir bisa mengairi dua hektare sawah," kata Amas Abdurrahman, warga yang sawahnya kekeringan, yang ditemui ketika tengah membuat kincir air di Kampung Sukasirna, Senin, 22 September 2014.
Menurut dia, lahan pesawahan tidak teraliri air sejak satu bulan lalu. Warga setempat telah membuat dua kincir air untuk mengairi sawah. "Ini kincir ketiga yang dibangun," katanya sembari menunjuk kincir yang sedang dibuat oleh warga.
Aman menjelaskan, butuh waktu satu minggu untuk membuat satu kincir air. Waktu tersebut dihabiskan untuk mengumpulkan bahan hingga merakit kemudian menyetel kincir. "Kalau masang, cuma sehari, beres," ucapnya.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat kincir air yakni bambu, papan, kayu, dan paku. Empat batang bambu masing-masing sepanjang 10 meter digunakan.
"Total biaya untuk bahan sekitar Rp 1,5 juta. Kalau ongkos tukang tidak dibayar karena kami membuatnya secara gotong-royong. Warga menyumbang tenaga," ujarnya.
Amas menjelaskan, pembuatan kincir air saat musim kemarau sudah dilakukan sejak warga di situ 1960. Jika kemarau panjang, jumlah kincir yang berada di aliran Sungai Citanduy bisa lebih banyak. "Dulu pernah ada sebelas kincir," katanya.
Perawatan kincir air, menurut Amas, cukup mudah. Kincir hanya perlu dikontrol karena dikhawatirkan ada bambu yang lepas dari as kincir. "Kincir ini juga awet, bisa tahan setahun. Sepanjang ada air sungai, kincir tidak akan berhenti," katanya.
Muhdiyat, pemilik sawah, menambahkan, lahan sawah miliknya seluas dua hektare sebelumnya tidak bisa diairi air. Beruntung, ada kincir air yang dibuatnya bersama warga lain. "Sudah tidak bisa ditanami jika tak ada kincir," katanya.
Menurut Muhdiyat, kincir air ini sangat bermanfaat bagi lahan sawah warga. Selain sawah tak mengalami kekeringan, hasil produksi padi juga meningkat. "Air dari Sungai Citanduy sangat bagus. Produksi padi bisa naik sekitar 15 persen," ucapnya.
Biaya pengairan sawah dengan kincir air juga sangat hemat jika dibandingkan dengan pemakaian genset. "Genset kan butuh bahan bakar. Kalau kincir tidak perlu, dan bisa beroperasi siang-malam, 24 jam," ujar Muhdiyat.
CANDRA NUGRAHA
Baca juga:
Fahri Hamzah: Jokowi Kayak Enggak Pede
PKS: Pilkada oleh DPRD Usulan SBY
Istri AKBP Idha Endri Ditahan
Jokowi Pastikan Ubah APBN 2015
Gerindra Usung Taufik sebagai Pengganti Ahok