TEMPO.CO , Bandung: Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi , Badan Geologi, Muhamad Hendrasto mengatakan, aktivitas Gunung Slamet masih fluktuatif kendati intensitas letusannya cenderung turun. “Kecil kemungkinan terjadi letusan yang lebih besar dari sebelumnya, karena kami tidak melihat adanya perubahan aktivitas yang tercatat sangat signifikan,” kata Hendrasto di ruang kerjanya di Bandung, Jumat, 19 September 2014.
Kendati demikian, PVMBG juga belum mendapati tanda-tanda perubahan aktivitas Gunung Slamet akan berhenti. Hendrasto mengatakan, intensitas letusan gunung itu saat ini sudah cenderung turun. (Baca juga: Warga Lereng Gunung Slamet Kini Bisa Tidur Nyenyak)
Baca Juga:
Sebelumnya per enam jam bisa terjadi 10 hingga 15 letusan. Tapi pada Jumat intensitas letusan sudah turun. “Tapi apakah ini menurun terus atau tidak, kita akan lihat ke depan,” kata dia.
Hendrasto mengatakan, hingga saat ini lembaganya masih mempertahankan status aktivitas Gunung Slamet di Level III atau Siaga yang melarang aktivitas warga dalam radius 4 kilometer dari kawah aktif gunung itu.
Menurut dia, letusan disertai semburan lava pijar, atau tipe Strombolian, merupakan ciri letusan Gunung Slamet. Letusan gunung itu menyemburkan lava pijar yang menerus, mirip kembang api. “Radius maksimalnya kurang dari 2 kilometer, sudah keluar kawah, makanya mohon untuk tidak coba-coba mendekat,” kata Hendrasto.
Sebelumnya Gunung Slamet kembali meletus setelah sempat sepekan adem, pada 17 September 2014 lalu. Letusan itu menghasilkan kolom letusan setinggi seribu meter dan lontaran material pijar tersebar hingga radius 1.500 meterke arah barat, barat laut, dan utara. Gunung itu sudah ditetapkan dalam status Siaga sejak 12 Agustus 2014 lalu. (Baca juga: Gunung Slamet Meletus Lagi)
AHMAD FIKRI
Berita lain:
Pinokio, Panggilan Sinis Anas ke Nazaruddin
Mitsubishi Delica Meluncur, Harganya Rp 409 Juta
Galaksi Terkecil Dihuni Lubang Hitam Raksasa