Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

800 Ribu Penduduk NTT Buta Aksara  

image-gnews
sxc.hu
sxc.hu
Iklan

TEMPO.CO, Kupang - Sedikitnya 800 ribu dari 5,3 juta warga Nusa Tenggara Timur (NTT) masih buta aksara. Jumlah ini menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 2 juta orang.

"Sekarang tersisa 800 ribu orang dari 2 juta orang buta aksara di NTT," kata Kepala Bidang Pendidikan Usia Dini (Paudni) dan Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Beni Wahon kepada wartawan, Rabu, 17 September 2014. (Baca juga: 36 Juta Warga Indonesia Masih Buta Aksara)

Masih tingginya angka buta aksara di NTT, menurut dia, disebabkan masih banyak warga yang tidak mengenyam pendidikan sejak dini. Hal tersebut terutama terjadi pada warga yang tinggal di pedesaan. Karena itu, pihaknya terus berupaya menurunkan angka buta aksara di daerah itu.

Upaya yang dilakukan di antaranya membentuk pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) hingga tingkat desa. "Sudah ratusan PKBM yang dibentuk di NTT bagi warga buta aksara," katanya.

PKBM ini menyelenggarakan pendidikan kesetaraan seperti paket A, B, dan paket C serta pendidikan layanan khusus (PLK). "Rata-rata, setiap kali pelaksanaan ujian kesetaraan, masing-masing lembaga menghasilkan 20 orang lulusan pendidikan non-formal," katanya. (Baca: Plazapos.com Bisa Diakses Orang Buta Huruf)

Beni mengatakan masalah buta aksara ini akan dibawa ke forum penuntasan buta aksara tingkat nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara. "Saat itu kami akan berbagi informasi tentang penuntasan buta aksara di Indonesia," katanya. (Baca: Buta Aksara di Jember Tertinggi di Indonesia)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

YOHANES SEO

Berita lain:
Koin Logam 5.200 SM Ditemukan di Gunung Padang
Di Twitter, Wanita ISIS Ini Pegang Kepala Buntung
30 Negara Sepakat Gempur ISIS Serentak

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

7 Agustus 2023

Nawda Al-Qahtani (Arabnews.com)
Al-Qahtani, Lansia Saudi Berusia 110 Tahun yang Kembali Bersekolah

Seorang wanita Saudi membuktikan pepatah lama "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" dengan kembali ke sekolah - pada usia 110 tahun.


Hari Ibu 22 Desember, Kapan Diperingati Pertama Kali?

22 Desember 2022

Seorang aktivis perempuan, pejuang HAM dan buruh berorasi saat melakukan aksi unjuk rasa memperingati Hari Perempuan Sedunia di depan Istana Merdeka, Jakarta, 8 Maret 2016. Hari Perempuan Sedunia jatuh pada 8 Maret setiap tahunnya. TEMPO/Imam Sukamto
Hari Ibu 22 Desember, Kapan Diperingati Pertama Kali?

Hari Ibu Nasional setiap 22 Desember mengenang gerakan dalam Kongres Perempuan Indonesia. Kapan Hari Ibu pertama kali diperingati?


Perjuangan Dewi Mengajar Suku Badui, dari Diusir hingga Jalan Kaki Puluhan Kilometer

22 November 2022

Ai Dewi, guru keliling Suku Badui. Foto: dok. Istimewa
Perjuangan Dewi Mengajar Suku Badui, dari Diusir hingga Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Dewi, guru madrasah rela menempuh jarak puluhan kilometer untuk mengajar anak-anak suku Badui.


Sungguh APDESI Dukung Jokowi 3 Periode? Berikut Profil Asosiasi Pemerintah Desa

1 April 2022

Spanduk dukungan untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi dipasang di acara pertemuan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) di Istora Senayan, Jakarta, Selasa, 29 Maret 2022. Tempo/Fajar Pebrianto
Sungguh APDESI Dukung Jokowi 3 Periode? Berikut Profil Asosiasi Pemerintah Desa

Asosiasi Pemerintah Desa (APDESI) dikabarkan mendukung masa jabatan Presiden Jokowi 3 periode. Profil APDESI yang baru terbentu 2016 ini.


Hari Aksara Internasional, Pekerjaan Rumah Tuntaskan Melek Huruf

8 September 2021

Relawan pegiat literasi yang mengikuti aksi
Hari Aksara Internasional, Pekerjaan Rumah Tuntaskan Melek Huruf

UNESCO menetapkan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional. Namun, hari monumental itu baru diperingati untuk pertama kalinya pada 1967.


Afganistan Beri Penghargaan pada Laki-laki Buta Huruf

3 Januari 2020

Mia Khan setiap hari mengantar dan menunggui ketiga putrinya ke sekolah dengan sepeda motor demi pendidikan anak-anaknya. Sumber: Reporterly
Afganistan Beri Penghargaan pada Laki-laki Buta Huruf

Mia Khan adalah seorang buta huruf di Afganistan sangat mendukung pendidikan putri-putrinya dengan mengatarkan mereka ke sekolah hampir setiap hari.


Mendikbud Sebut Angka Buta Huruf di Indonesia Timur Masih Tinggi

7 September 2019

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendatangi SMK Negeri 1 Jakarta di Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat, 29 Juli 2019. Kementerian Pendidikan mengucurkan bantuan revitalisasi senilai Rp 7-15 miliar per sekolah. Tempo/Imam Hamdi
Mendikbud Sebut Angka Buta Huruf di Indonesia Timur Masih Tinggi

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, angka buta huruf di wilayah provinsi Indonesia bagian timur masih tinggi.


2,3 Juta Perempuan Indonesia Masih Buta Huruf

7 September 2017

Pemerintah tidak bekerja sendiri dalam usaha pemberantasan buta huruf di Indonesia menjadi gerakan nasional. kemdiknas.go.id KOMUNIKA ONLINE
2,3 Juta Perempuan Indonesia Masih Buta Huruf

Kementerian ingin memberantas buta huruf untuk meningkatkan budaya literasi di era digital.


Karawang Jadi Tuan Rumah Hari Aksara Internasional

10 September 2015

Ilustrasi buta huruf di Papua. Dok. Korem 172
Karawang Jadi Tuan Rumah Hari Aksara Internasional

Karawang berprestasi dalam memberantas tingkat buta huruf.


Astaga, Ribuan Aparat Desa di Papua Masih Buta Huruf  

30 Juni 2015

Ilustrasi buta huruf di Papua. Dok. Korem 172
Astaga, Ribuan Aparat Desa di Papua Masih Buta Huruf  

Lantaran tak bisa baca-tulis, diperkirakan ada ribuan desa di Papua tak bisa mengelola dananya.