TEMPO.CO, Surabaya - Sebuah bus Transjakarta tiba-tiba terbang. Ia bergerak ke sana ke mari tertiup angin. Tidak jauh dari situ, seekor kuda berwarna cokelat terus bergoyang rendah. Masih berada di lokasi yang sama, tukang kerak telor mendadak terjatuh dari langit.
Itulah pemandangan yang terlihat di atas Lapangan Edupark Pakuwon City, Surabaya, Ahad, 14 September 2014. Tentu saja benda-benda itu bukan betulan, tapi bentuk layang-layang yang diterbangkan peserta Festival Layang-layang Surabaya 2014. Puluhan, bahkan ratusan layang-layang menghiasi langit. Bukan hanya para komunitas peserta festival, tapi juga warga sekitar yang hobi bermain layang-layang turut berpartisipasi.
Beragam bentuk layang-layang beradu di angkasa. Mulai dari bentuk satu dimensi hingga tiga dimensi. Gambar tukang kerak telor 3 dimensi, misalnya, berukuran panjang 4 meter, tinggi 7 meter, dan berat 4 kilogram ini hasil desain pelayang Rinardi dan Gunardi dari komunitas Karlostex, Solo. "Desainnya besar karena menyesuaikan dengan tema 3 dimensi," kata Rinardi.
Penampilan spesial ditunjukkan oleh Rigaluh Tanresila dan Mohammad Nasir. Diiringi musik, mereka memainkan koreografi layangan yang cantik atau biasa disebut Revolution Exhibition. "Ini memakai sport kite dengan 4 tali. Dengan 4 tali, kami bisa memainkan revolusi balet," kata Riga pada Tempo.
Sinkronisasi dua layang-layang tersebut memang bagaikan dua orang penari balet yang sedang menari. Atraksi keduanya bahkan membuat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kagum. "Layang-layang itu kalau dicermati sangat indah," kata Risma.
Diakui Risma, festival layang-layang ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Surabaya. Apalagi, selama ini Surabaya memang tidak memiliki pemandangan yang bagus. Dengan adanya festival ini diharapkan bisa mengundang para wisatawan untuk datang ke Surabaya.
Tapi, diakui Risma, lahan luas menjadi kendala yang sulit dicari, khususnya di Surabaya. "Semakin lama semakin susah cari tempatnya," ujar Risma.
Karena itu, Risma berencana untuk membuat lahan khusus bermain layang-layang di dekat pantai. "Biar nanti kalau diambil fotonya, view-nya bagus," kata Risma.
Rencana itu tentu saja disambut positif pelayang. Menurut Rigaluh, angin di pantai lebih konstan dan arahnya stabil. Artinya, lokasi di pantai memang tepat untuk bermain layang-layang. Terlebih lagi, layang-layang bukan hanya permainan tapi juga termasuk olahraga. Dengan disediakannya lahan akan membuat anak-anak bisa semakin menikmati layang-layang.
AGITA SUKMA LISTYANTI
Terpopuler:
Fadli Zon Ingin Basmi Kutu Loncat seperti Ahok
Jokowi Pesan 10 Setel Pakaian, Berapa Harganya?
Ini Nominasi Film Terpuji Festival Film Bandung
Jokowi Kunjungi Penjahit Langganan, Pesan Apa?
Densus 88 Tangkap Empat Warga Asing di Poso