3. Minta Mendagri Pecat Lulung
Ceckok Ahon dengan Lulung semakin memanas. Dianggap selengean oleh Lulung, Ahok balas menuding jika Lulung tak pantas jadi Wakil Ketua DPRD. Menurut Ahok, setiap pejabat publik, baik itu eksekutif atau legislatif diwajibkan untuk menegakkan peraturan daerah. (Baca: Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telepon Haji Lulung)
Ahok menilai jika Lulung Lunggana sebagai Wakil Ketua DPRD tidak paham akan perda. Ahok pun minta Mendagri untuk memecat Lulung Lunggana dari kursi DPRD DKI Jakarta. "Justru saya mesti bukan ukur jiwa lagi, waktu tes masuknya Mendagri bisa copot harusnya. Mendagri bisa copot seperti itu," ujar Ahok, Jumat, 26 Juli 2013.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyatakan tidak bisa sembarangan memecat Lulung. Kalau pun ada perubahan, langkah tersebut hanya bisa dilakukan PPP, tempat Lulung bernaung secara politik. "Usulannya dari siapa? Memecat itu kan enggak bisa sesederhana itu. Itu dari partainya sendiri. Kalau pemerintah enggak bisa main pecat-pecat begitu," kata Gamawan di Kantor Presiden, Jumat, 2 Agustus 2013.
4. Sengkarut Lurah Susan
Ahok mengecam pendapat Menteri Gamawan soal Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli yang menyarankan Pemerintah DKI Jakarta mengevaluasi penempatan Susan di Lenteng Agung. Penempatan ini menimbulkan protes sejumlah warga karena tak mau dipimpin lurah non-muslim. "Ini negara Pancasila, pemilihan pejabat bukan ditentukan orang yang menolak atau tidak menolak," kata Ahok di Monas, Jakarta, Jumat, 27 September 2013. "Pak Mendagri harus belajar lagi konstitusi kalau gitu."
Ketegangan Ahok dengan Menteri Gamawan Fauzi yang berbeda pendapat terkait dengan kisruh penolakan Lurah Lenteng Agung Susan Jasmine Zulkifli ikut memancing Lulung untuk berkomentar. Lulung menyayangkan sikap Ahok yang terlalu bereaksi keras terhadap imbauan Mendagri untuk mengevaluasi kembali posisi Susan. (Baca: Bela Lulung, PPP Minta Mendagri Tegur Ahok)
Lulung mengatakan apa yang diucapkan Gamawan tidak keliru, masuk akal, dan obyektif. Sementara sikap Ahok yang cenderung emosional dan kerap berbicara keras serta ceplas-ceplos dianggap Lulung melanggar norma dan etika politik. "Itu, menurut aku, Pak Ahok terlalu berlebihan," ucap Lulung pada 1 Oktober 2013.
5. Banjir sampai Kiamat
Perseteruan keduanya berlanjut kembali pada Februari 2014. Ahok, yang juga mantan Bupati Belitung Timur itu 'meramalkan' banjir di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur, mustahil untuk diatasi. "Kampung Pulo pasti akan banjir sampai kiamat karena warga tinggal di bantaran sungai," ujar Ahok, Senin, 3 Februari 2014.
Ahok mengaku tak bisa menerima tudingan jika Pemerintah DKI terus-menerus menjadi sasaran kesalahan jika banjir besar melanda Jakarta. Soalnya, sejak jauh-jauh hari Pemerintah DKI Jakarta sudah memperingatkan warganya untuk pindah ke rumah susun. Mereka, kata Ahok, sudah lama ditawarkan untuk direlokasi, bahkan juga dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
Pernyataan Ahok itu dibalas kritikan pedas dari Lulung. Ia menilai Ahok pesimistis. Lulung pun mendesak Ahok mundur jika sudah tak yakin lagi mampu mengatasi banjir Ibu Kota. "Kalau pemimpinnya sudah pesimistis begini, mundur saja," ujar Lulung di Jakarta, 4 Februari 2014