TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Papua Indah Perkasa Teddi Renyut akan membongkar semua dugaan korupsi yang terjadi di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Pengacara Teddi, Effendi Saman, siap membantu kliennya untuk menjadi justice collaborator. “Teddi sering dipalaki oleh Helmy Faishal Zaini (Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal,” kata Effendi usai sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 8 September 2014. (Baca:Tersangka Korupsi Bayari Tiket Umrah Menteri Helmy)
Menurut dia, kliennya rugi hingga Rp 10 miliar selama menggarap sejumlah proyek di Kementerian tersebut sejak 2013 lalu untuk daerah Papua. Duit tersebut, kata dia, disebar ke Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini dan staf Helmy, yakni Sabilillah Ardi, Muamir Muin Syam, dan Aditya Akbar Siregar.
Teddi Renyut—kini terdakwa korupsi karena diduga menyuap Bupati Biak Numfor, Papua, Yeyasa Sombuk dan ditangkap pada 16 Juni lalu—tak hanya menebar duit ke pejabat di Papua untuk mendapatkan proyek yang dibiayai anggaran negara di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. Berdasarkan dokumen yang didapat Tempo, ia juga diduga menebar duit ijon proyek anggaran perubahan 2014 untuk Menteri Helmy dan anggota stafnya. (Baca: Teddi Didakwa Suap Bupati Biak Numfor Sin$ 100 Ribu)
Teddi membayari tiket penerbangan dari Jakarta-Dubai-Madinah pada 24 Mei 2014 untuk Ahmad Helmy Faishal Zaini dan istrinya, Santi Nisa Ikhsan, Nuzulia Hamzah Nasution, dan Monicatriastuti Wasidi. Untuk membeli tiket tersebut, istri Teddi, Sprity Mariani, membayari Rp 90 juta dan Teddi menyetor Rp 200 juta. “Total pembayaran (tiket) Rp 290 juta,” demikian tertulis dalam dokumen. Tiket tersebut dibeli dari PT Travindo Multi Express. Di invoice tertulis empat nama tersebut.
Anggota staf khusus Menteri Helmy, Sabilillah Ardi, meminta tiket tersebut untuk mendukung perjalanan dinas menteri dan rombongannya, yakni sekitar 14-15 orang, ke luar negeri pada 24 Mei-3 Juni 2014. Selain istri, ajudan, dan dua pejabat struktural, perjalanan politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu diikuti rekan-rekannya dari partai. (Baca: KPK Periksa Staf Khusus Menteri Helmy)
Seharusnya, menurut dokumen, Menteri Helmy berkunjung ke Islamic Development Bank di Jeddah serta Food and Agriculture Organization of The United Nations di Roma, Italia. Namun, Helmy tak jadi berkunjung ke sana. “(Perjalanan itu) untuk umrah, lalu ke Maroko, Yunani, dan diakhiri di Prancis,” begitu tertulis di dokumen.
Tiket perjalanan tersebut hanya bagian kecil dari ijon proyek. Teddi sebelumnya sudah menyetor Rp 12,65 miliar ke Ardi dan Budiyo, anak buah Ardi; Muamir Muim Syam, utusan khusus Menteri, dan Adit, diduga calo anggaran di Kementerian PDT. “Saya harus menyetor uang 8 persen dari anggaran proyek kepada Ardi untuk mengurus ke DPR,” kata Teddi dalam dokumen tersebut.
Saat dimintai konfirmasi, Helmy membantah telah mendapat uang tiket ke Madinah dari Teddi. "Kami kan perjalanan dinas, dibiayai (oleh) negara," kata dia di kantornya kepada Tempo, Rabu lalu. Dia mengklaim tak tahu bahwa stafnya, Ardi, banyak menerima duit dari Teddi. “Saya enggak tahu urusan itu.” Dia juga mengklaim tak mengenal Muamir dan Adit. (Baca:Tiba di KPK, Menteri Helmy Buru-buru Masuk Gedung)
LINDA TRIANITA | MUHAMAD RIZKI | ANDI RUSLI | NURHASIM
Berita Terpopuler
PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo
UU Pilkada Sah, Koalisi Prabowo Borong 31 Gubernur
Identitas Jack the Ripper Akhirnya Terungkap