TEMPO.CO, Sumenep - Kelangkaan bahan bakar minyak masih melanda Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Akibatnya, harga bensin eceran di pulau itu mencapai Rp 15 ribu per liter. "Kondisi serupa juga terjadi di Pulau Sapeken," kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumenep asal Pulau Kangean, Badrul Aini, Senin, 8 September 2014.
Badrul menduga kelangkaan BBM di Kangean bukan semata-mata akibat keterlambatan distribusi dari PT Pertamina, melainkan juga penimbunan oleh agen penyalur minyak dan solar (APMS). "Baru lima hari lalu datang, sekarang sudah langka," ujarnya.
Baca Juga:
Kemungkinan lain, lanjut dia, penimbunan dilakukan pengecer bermodal besar. Dugaan ini muncul karena APMS sering kedapatan menjual BBM dalam wadah drum kepada pengecer. "Padahal mestinya dijual pakai dispenser, seperti di SPBU," katanya lagi. (Baca berita lainnya: Bensin Berangsur Normal, Pedagang Eceran Kecewa)
Ulah nakal APMS tidak hanya terjadi di Pulau Kangean, tapi juga di Pulau Masalembu. Rabu, 3 September lalu, ratusan warga menghadang mobil APMS setempat karena diduga akan menjual solar dalam jumlah besar kepada pengepul.
Warga nyaris mengamuk. Soalnya, sudah hampir sebulan mereka sulit memperoleh solar. Namun, begitu kiriman tiba, solar tidak disalurkan ke nelayan, tapi ke pengecer bermodal besar. "Masalah seperti ini sangat klasik, tapi selalu terulang," tutur Badrul. (Baca juga: Demokrat Sebut Alasan SBY Tak Naikkan Harga BBM)
Dihubungi terpisah, Camat Kangean Purwo Edi membantah tudingan bahwa kelangkaan BBM di wilayahnya disebabkan oleh penimbunan. Berdasarkan hasil pengecekan di lapangan, kata Camat Purwo, distribusi BBM ke Kangean dari Pertamina memang sudah telat lima hari. "Mestinya BBM dari Pertamina sudah sampai lima hari lalu, tapi sampai hari ini belum datang," katanya.
MUSTHOFA BISRI
Baca juga:
Jokowi Diminta Bernyali Ungkap Dalang Kasus Munir
PDIP-Jokowi Tak Berkutik di Depan Koalisi Prabowo
Tim Transisi Akui Ada Anggota Gadungan
Jokowi: Saya Jangan Diisolasi dari Rakyat
Pengacara Jokowi Kritik Tim Transisi