TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa terhindar dari post-power syndrome dengan mencari kesibukan di luar negeri. SBY bisa menjadi pembicara pada level internasional.
"Seperti mantan Presiden Amerika Bill Clinton," kata Hikmahanto saat dihubungi pada Rabu, 3 September 2014. (Baca: SBY Sebut Koalisi Merah Putih Kuat)
Post-power syndrome adalah keadaan di mana seseorang masih terbayang-bayang dengan kejayaannya di masa lalu. Para penderitanya belum dapat menerima realita yang dihadapi bahwa mereka sudah tidak berkuasa. Salah satu orang yang bisa terjangkit sindrom ini adalah orang yang pensiun dan menanggalkan semua hak prestisenya sebagai pejabat.
Selepas dari jabatannya sebagai presiden Amerika, Bill Clinton, berkeliling dunia memberikan pidato. Misalnya, pada Juli lalu, Bill Clinton berpidato di konferensi AIDS internasional di Melbourne. (Baca: Diundang SBY, Prabowo Tak Datang)
Bill Clinton juga pernah berpidato di ulang tahun ke-90 Presiden Israel Shimon Peres pada Juni tahun lalu. Bayaran untuk pidato di negeri Yahudi itu diperkirakan sebesar US$ 500 ribu.
Hikmahanto menilai Presiden SBY masih terlihat segar dan memiliki kemampuan mumpuni. "Sayang kalau tak dimanfaatkan," kata dia. Jika tidak berkancah di luar negeri, kata dia, SBY bisa menjadi ketua umum Partai Demokrat dan memantau pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. "Tapi sepertinya SBY enggak mau menggangu pemerintahan berikutnya." (Baca: SBY Curhat di YouTube, Jokowi Enggak Tahu)
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita lain:
Kata Udar Soal Bus Transjakarta yang Meledak
Ketemu Jokowi, Hatta Bantah Hendak Merapat
Penyebar Foto Bugil: Saya Kolektor, Bukan Hacker