TEMPO.CO, Tegal -Duduk tanpa alas di lantai teras rumahnya, Wandi, 48 tahun, tampak sibuk menuangkan bensin dari jeriken ke botol-botol bekas kemasan air mineral. Belum semua botol plastiknya terisi, bekas calon legislator yang gagal meraih kursi di DPRD Kota Tegal itu sudah diserbu pembeli.
"Mulai hari ini harganya naik jadi Rp 8.000 per liter. Kalau tidak mau, ya, sudah, silakan antre di SPBU," kata bekas calon legislator dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu saat ditemui Tempo di rumahnya, Jalan K.H. Mukhlas, Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, pada Ahad siang, 24 Agustus 2014.
Karena Wandi satu-satunya pedagang bensin eceran yang masih beroperasi di sekitar Alun-alun Kota Tegal, para pengendara sepeda motor yang berhenti di kios bensin depan rumahnya pun mengiyakan saja dengan harga yang ditawarkannya.
"Pedagang bensin eceran yang lain pada tutup. Saya sudah keliling dari Kelurahan Keturen, Kecamatan Tegal Selatan," kata Endang, istri Wakil Wali Kota Tegal Nursholeh. Sementara menunggu Wandi melayani pembeli yang datang lebih dulu, Endang bergegas membuka jok sepeda motor matic-nya. "Dua liter, Pak," ujarnya.
Saat ditanya kenapa harus repot-repot mencari pedagang bensin eceran yang masih beroperasi, Endang pun tersipu malu. "Ini, kan, untuk sepeda motor. Kalau untuk mobil, ya, pakai Pertamax," kata istri orang nomor dua di Kota Tegal itu.
Meski PT Pertamina melakukan pengurangan kuota bahan bakar minyak bersubsidi sejak Senin, 18 Agustus, dampaknya baru terasa pada Ahad, 24 Agustus. Sejak pagi hingga siang, antrean kendaraan mengular di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum di tepi Jalur Pantura Kota Tegal.
"Sabtu saya masih bisa dapat 20 liter bensin Premium di SPBU Tegalsari dalam sekali beli," kata Wandi. Sejak pembeli di SPBU Tegalsari membeludak pada Ahad pagi, Wandi hanya diperbolehkan membeli 5 liter bensin. "Itu pun antre selama empat jam, dari pukul 06.00 sampai 10.00," ujarnya.
Sebelumnya Wandi bisa mendapatkan 60 liter bensin tiap hari dengan mudah. Mengutip keuntungan Rp 500 per liter, Wandi menjual bensin ecerannya dengan harga Rp 7.000 per liter. "Sekarang untuk dapat satu jeriken (20 liter) harus mondar-mandir ke SPBU sebanyak empat kali. Itu pun kalau Premium-nya belum habis," kata Wandi.
Menurut Operation Head Stasiun BBM Tegal Bimo Sagus Ariyanto, pengaturan BBM bersubsidi dilakukan dengan jalan mengurangi secara prorata volume BBM bersubsidi untuk setiap SPBU. "Dalam satu bulan, pengurangan kuota di tiap satu SPBU itu hanya sekitar 2-5 persen," kata Bimo.
Karena maraknya berita ihwal kelangkaan BBM bersubsidi di media, Bimo berujar, masyarakat pun panik dan beramai-ramai ke SPBU untuk membeli dalam jumlah lebih banyak dari biasanya. "Jangan panik. Stok BBM bersubsidi masih ada, tidak langka. Hanya dikendalikan supaya stoknya bisa mencukupi sampai akhir tahun," ujar Bimo.
DINDA LEO LISTY
TERPOPULER
Jokowi Kalah Rapi Ketimbang Paspampres
Unimog Milik Massa Prabowo Harganya Rp 1-2 Miliar
Fenomena Bulan Kembar pada 27 Agustus Hoax