TEMPO.CO, Slawi - Kepala Satuan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Resor Tegal Ajun Komisaris Abdul Ghofir mengatakan ada empat warga Tegal yang diindikasikan terlibat gerakan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), yang sekarang berubah menjadi Islamic State (IS). Satu orang di antaranya mahasiswa dari sebuah universitas di Semarang.
“Dari pantauan terakhir, dia (mahasiswa itu) sudah kembali ke Semarang,” kata Ghofir, Kamis, 21 Agustus 2014. Adapun tiga orang lainnya diketahui bekerja sebagai pedagang sayuran.
Karena aktivitas keempat orang itu dinilai tidak membahayakan, Polres Tegal mulai melonggarkan pengawasan. “Sampai hari ini kami juga belum mendapatkan informasi ihwal adanya kegiatan pembaiatan atau markas tempat berkumpulnya warga yang diduga terlibat dalam IS,” ujar Ghofir.
Menurut Ghofir, salah satu cara untuk mendeteksi warga yang diduga terlibat ISIS adalah memantau siapa saja yang pernah menjenguk terpidana terorisme Abu Bakar Baasyir di Lembaga Pemasyarakatan Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap. (Baca juga: Pendukung ISIS Dideteksi dengan Cara Ini)
Selasa lalu, Kepala Polres Tegal Ajun Komisaris Besar Tommy Wibisono mengatakan ada empat warga Tegal yang diduga terlibat dalam organisasi IS. Tommy mengatakan hal itu setelah anggota Kepolisian Sektor Adiwerna menangkap dua pedagang es kelapa muda: Ade Puji Kusmanto, 31 tahun, dan Risamat, 24 tahun, yang diduga sebagai anggota IS. Gara-garanya, Ade mengenakan kaus hitam lengan panjang bergambar lambang IS di bagian dadanya.
Ketua Majelis Wilayah Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Jawa Tengah Deni Septiviant mengatakan polisi harus selektif dalam menangkap warga yang diduga terlibat dalam IS. “Polisi harus memiliki bukti permulaan yang cukup, minimal dua alat bukti dan satu keterangan saksi,” kata Deni saat dihubungi Tempo.
DINDA LEO LISTY
Berita lain:
Pasang Stiker ISIS, Tukang Sablon Ditangkap Polisi
Candi Borobudur Disebut Jadi Target Teror IS
Terdesak ISIS, Bocah Cacat Ditemukan di Gurun