TEMPO.CO, Bandung - Bayi kembar laki-laki dempet kelamin dan anus, Bima dan Arjuna, yang berusia 20 bulan, menunggu operasi pemisahan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Selama ini mereka dirawat di ruangan khusus dengan tanggungan negara. Orang tua mereka berharap operasi bisa segera dilakukan karena biaya hidup makin menipis.
Muhammad Bima Thabaroq Hasan dan Muhammad Arjuna Thabaroq Sadikin lahir dari persalinan normal pada 2 Januari 2013 di sebuah klinik di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bima lebih dulu lahir. "Kami dan dokter tidak menyangka bakal lahir kembar," kata ayah bayi, Robby Achadiat, Ahad, 10 Agustus 2014.
Setelah lahir, keduanya langsung dilarikan ke RSHS dan dirawat hingga 19 bulan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Saat ini kondisi kesehatan kedua bayi kembar tersebut berangsur membaik, Mereka dirawat di kamar kelas satu Ruang Kenanga. "Bima cukup aktif bergerak, Arjuna lebih pasif dan suka tiduran," kata Robby. Mereka saling menempel dari bagian perut, alat kelamin, hingga anus.
Perut Bima saat ini dilubangi dokter untuk pembuangan kotorannya. Adapun Arjuna, kata Robby, mengalami kebutaan sejak usia 3 bulan. Soal operasi pemisahan, keluarga mendapat keterangan dari dokter bahwa waktu operasi adalah setelah usia bayi lebih dari 1,5 tahun. "Kabarnya mau dioperasi September nanti. Waktu persisnya belum tahu karena kami belum diajak diskusi soal teknis rencana operasi," ujarnya.
Direktur Medis dan Keperawatan RSHS Rudi Kadarsah mengatakan tim dokter masih membahas rencana operasi pemisahan bayi. Sebelumnya, RSHS pernah memisahkan bayi kembar siam Wanda dan Wandi. "Tidak mudah dioperasi dengan kondisi (kembar siam) seperti ini. Tiap bayi kondisinya berbeda," kata Rudi.
Soal kondisi pasien dan bagaimana rencana operasinya, RSHS rencananya akan memaparkannya pada pekan ini kepada wartawan. Sekaligus, kata Rudi, untuk menjernihkan kabar bahwa RSHS menelantarkan bayi kembar itu karena tak kunjung dioperasi. "Seolah-olah telantar padahal sudah cukup banyak biaya untuk merawatnya," ujar dia.
Pihak keluarga berharap operasi bisa dilakukan segera karena kondisi keuangan mereka terus menyusut. Robby sebulan lalu terpaksa berhenti kerja sebagai tenaga pemasaran farmasi di Cianjur karena harus merawat anak kedua dan ketiganya di rumah sakit. Adapun istrinya yang sudah bekerja 11 tahun sebagai guru honorer sekolah dasar tetap mengajar dengan upah Rp 350 ribu per bulan.
Menurut Robby, program Jaminan Kesehatan Masyarakat dari pemerintah pusat dan kini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan serta rumah sakit tidak menanggung kebutuhan bayi seperti kantung tempat kotoran bayi seharga Rp 40 ribu per lembar, alat penempel kantung yang diganti 3-4 hari seharga Rp 300 ribu lebih per buah, serta popok berpenyerap cairan. Robby mengatakan membutuhkan bantuan sumbangan lewat nomor rekening BCA 2331688349 atas namanya.
ANWAR SISWADI
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
Ini Penyebab Muncul Fenomena Jilboobs
Ical Tak Akan Maju Lagi Jadi Ketum Golkar