TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya mengutarakan alasan pencopotan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Budiman menjelang pelaksanaan pemilihan umum presiden lalu. Ia menyatakan keputusannya tersebut sangat wajar dan demi kepentingan organisasi Tentara Nasional Indonesia.
"Saya mengganti KSAD karena bulan depan sudah pensiun dan belum ada presiden yang baru," kata SBY dalam wawancara yang diunggah ke media sosial YouTube, Jumat, 8 Agustus 2014. (Baca: Usai Dicopot, KSAD Budiman Mau Ngurusi TK dan SD)
SBY mengatakan sebenarnya sejak April 2014 sudah mengeluarkan instruksi kepada seluruh anggota kabinet untuk tak mengganti pejabat utama. Tapi, pergantian KSAD, menurut dia, harus dilakukan sesuai dengan aturan dan terkendala belum adanya presiden baru hingga waktu pensiun Budiman pada 25 September 2014. "Pada masa transisi ini, saya tahu mana yang tepat atau mana yang tidak tepat yang lebih sesuai dilakukan presiden mendatang," kata SBY.
SBY menuturkan, selama ini pergantian para kepala staf memang melalui proses yang panjang atau tak mendekati batas waktu pensiun. Bahkan, SBY berdalih, ada mantan pejabat kepala staf yang harus berhenti satu tahun sebelum pensiun. Menurut SBY, alasan utama penggantian kepala staf semata untuk kepentingan dan kebutuhan organisasi TNI dan AD. Ia menilai keputusan tersebut berada jauh di atas kepentingan perorangan di TNI. "Saya kira semua jenderal sudah tahu," kata SBY. (Baca: Panglima TNI Anggap Pencopotan KSAD Lumrah)
SBY menggelar rapat pencopotan Budiman satu hari sebelum pemungutan suara pemilihan presiden 2014. Dalam rapat tersebut, SBY sepakat dengan usul Panglima Jenderal Moeldoko mengganti Budiman dengan Kepala Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo. Pelantikan Gatot digelar di Istana Negara pada 25 Juli 2014.
FRANSISCO ROSARIANS
Terpopuler
Merasa Kecewa, Pendukung Prabowo Pindah Dukungan
Begini Celah Penipuan dalam Arisan MMM
Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN
Pilpres Diulang, Jokowi-JK Bakal Unggul Jauh
Bursa Ketua Umum Golkar, Ini Petanya
ISIS Kuasai Kota Kristen Terbesar di Irak