TEMPO.CO, Jember - Bandara Notohadinegoro, Jember, Jawa Timur, hari ini, Rabu, 16 Juli 2014, kembali beroperasi setelah delapan tahun mangkrak. Pengoperasian bandara yang terletak di di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, itu, ditandai dengan penerbangan komersial perdana yang dilayani PT Garuda Indonesia dengan pesawat berjenis ATR 72-600.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Jember, Zainal Abidin, mengatakan pesawat Garuda ini terbang dari Bandara Juanda, Surabaya.
Sejumlah pejabat dari Kementerian Perhubungan dan Garuda Indonesia akan mengikuti penerbangan perdana. Di antaranya Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono dan Direktur Jenderal Perkeretaapian Hermanto Dwiatmoko.
Dari pihak Garuda, Direktur Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia Erik Meijer ikut bersama Vice President PT Garuda Indonesia Region III Ari Suryanta. Sedangkan pejabat dari Jember antara lain Ketua DPRD Jember Saptono Yusuf serta Kepala Dinas Perhubungan Jember Isman Sutomo.
Bupati Jember M.Z.A. Djalal menyambut kedatangan rombongan yang mendarat sekitar pukul 09.15 WIB. Pada saat terbang kembali ke Surabaya, Djalal turut serta.
Manajer Area Garuda Indonesia Wilayah Jember-Banyuwangi, Boedi Prihantoro, mengatakan, 40 kursi yang disediakan dalam pesawat, selain diisi para pejabat, juga diduduki penumpang umum. “Mereka sudah membeli tiket,” katanya. (Baca: Garuda Buka Rute Surabaya-Jember)
Garuda ATR 72-600 melayani penerbangan Surabaya–Jember-Surabaya. Pesawat ini berangkat dari Juanda pada pukul 09.00 WIB, sedangkan keberangkatan dari Jember dijadwalkan pada pukul 10.05 WIB. Lama penerbangan 30-35 menit. Adapun perjalanan melalui jalur darat membutuhkan waktu empat-lima jam.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jember, Rendra Wirawan, berharap pengoperasian kembali bandara itu bisa memicu pertumbuhan dan perbaikan sektor ekonomi di Jember. "Seperti yang sudah terlihat di Banyuwangi dan Malang," ujarnya.
Bandara Notohadinegoro pertama kali beroperasi pada 9 Januari 2005. Presiden dan Menteri Perhubungan saat itu, KH Abdurrahman Wahid dan Hatta Rajasa, berserta sejumlah pejabat negara melakukan uji coba landasan penerbangan (proving flight) menggunakan pesawat Fokker 27 Syalom.
Namun penerbangan komersial hanya berlangsung selama tiga bulan pada 2008. Sebuah maskapai penerbangan, PT Aero Express International, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Jember, melayani penerbangan Surabaya–Jember–Surabaya.
Sejak saat itu, pengoperasian bandara terhenti. Bahkan muncul masalah hukum akibat ketidakberesan penggunaan dana sewa pesawat senilai Rp 5 miliar. Uang itu diambil dari kas Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Jember. Kasus korupsi itu hingga saat ini masih ditangani Kejaksaan Negeri Jember.
Bandara itu sempat difungsikan sebagai sekolah pendidikan penerbangan. Pemerintah Kabupaten Jember bekerja sama dengan Pendidikan Penerbangan Juanda (PPJ) Surabaya mengoperasiakan sekolah itu. Namun sekolah dengan 55 siswa itu hanya bertahan tiga bulan sejak diresmikan pada 17 April 2012.
Setelah tak ada aktivitas, kawasan bandara dibiarkan telantar. Landasan pacunya dijadikan arena balapan motor liar. Bahkan bandara juga dijadikan tempat penjemuran gabah oleh penduduk. Sedangkan lahan berumput di sekitar landasan dijadikan tempat melepas ternak untuk mencari makan.
MAHBUB DJUNAIDY
Terpopuler: