TEMPO.CO, Pekalongan - Dukungan dari pimpinan Jamiyah Ahlu Thariqah al Mu'tabarah an Nahdliyyah, Maulana Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Yahya, tidak mampu mendongkrak perolehan suara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Kota Pekalongan.
Dari rekapitulasi hasil penghitungan suara sementara yang dilansir Komisi Pemilihan Umum Kota Pekalongan pada Kamis, 10 Juli 2014, pasangan calon presiden nomor urut satu itu hanya mendapat 48.240 suara (38,95 persen). Adapun pesaingnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla, meraih 75.616 suara (61,05 persen).
Divisi Pemungutan Suara dan Penghitungan KPU Kota Pekalongan, Edi Harsoyo, mengatakan rekapitulasi hasil penghitungan suara sementara itu berdasarkan 71 persen surat suara yang sudah masuk. "Fungsinya untuk informasi sementara kepada masyarakat," kata Edi kepada Tempo.
Jumlah total daftar pemilih tetap (DPT) di Kota Pekalongan sebanyak 217.464 orang. Adapun jumlah tempat pemungutan suara (TPS) sebanyak 552 yang tersebar di empat kecamatan. Sedangkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sementara itu diperoleh dari surat suara di 392 TPS.
Menanggapi jebloknya perolehan suara Prabowo-Hatta, Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerakan Indonesia Raya Kota Pekalongan, Hanafi, mengatakan pihaknya mempertanyakan kinerja tim sukses dari seluruh partai koalisinya. "Apakah mereka sudah betul-betul bekerja," kata Hanafi saat dihubungi Tempo.
Wajar jika Hanafi meragukan kerja keras tim pemenangan Prabowo-Hatta di Kota Pekalongan. Sebab, selain didukung Habib Lutfi, ulama berpengaruh asal Kota Pekalongan yang jemaahnya tersebar di berbagai daerah, Prabowo-Hatta juga diusung Partai Golkar yang meraih sembilan kursi di DPRD Kota Pekalongan dalam pemilu legislatif pada April lalu.
Kendati demikian, Hanafi juga mengakui militansi tim pemenangan Prabowo-Hatta belum begitu kuat. "Berbicaranya masih seputar besok mau makan apa, belum soal militansi," ujarnya. Dia mengatakan pihaknya kini masih serius mengawal penghitungan suara secara manual. "Belum ada rencana untuk mengevaluasi kinerja tim (pemenangan Prabowo-Hatta)," katanya.
Sebelum pemilu legislatif, Hanafi berujar, Prabowo sudah bersilaturahmi ke rumah Habib Lutfi. Sedangkan Hatta sudah dua kali ke Kota Pekalongan, terakhir pada masa kampanye pemilu presiden. "Kami sudah bekerja keras. Pak Prabowo dan Pak Hatta juga sudah intens menjalin hubungan dengan masyarakat Kota Pekalongan," ujarnya.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Pekalongan, Ismet Inonue, pemilu presiden tidak bisa disamakan dengan pemilihan wali kota, gubernur, dan pemilu legislatif. "Dalam pemilu presiden, masyarakat langsung melihat figur calon pemimpinnya," kata Ismet.
Selain figur Jokowi-JK sudah digandrungi masyarakat, Ismet yang juga ketua tim pemenangan Jokowi-JK di Kota Pekalongan mengatakan kemenangan di Kota Pekalongan juga hasil dari kerja sama partai pendukung yang solid. "Pekalongan itu kulturnya nahdliyin. Habib Lutfi memang tokoh panutan. Tapi kami mendapat dukungan dari struktural NU," ujar Ismet.
DINDA LEO LISTY