TEMPO.CO, Jakarta - Mantan aktivis 1998 yang juga menjadi korban penculikan pada Maret 1998 mengirimkan surat terbuka kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dalam surat tersebut, para aktivis itu mempercayakan penyelesaian kasus 13 aktivis yang hilang kepada Jokowi-JK.
“Kami menyematkan harapan di hati Anda berdua (Jokowi-JK) karena Anda berdua adalah jalan keluar dari penantian panjang penyelesaian masalah,” kata Raharja Waluya Jati, salah seorang mantan aktivis, saat membacakan surat terbuka di Hotel Cemara, Jakarta Pusat, Jumat, 4 Juli 2014.
Dalam surat tersebut para mantan aktivis itu menyebut Jokowi-JK telah menunjukkan bukti-bukti penyelesaian masalah pelik di Indonesia. Karena itu, mantan aktivis 1998 tersebut menyatakan dukungannya kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 itu. (Baca: Jokowi Diminta Ungkap Penculik Aktivis)
Surat tersebut menyertakan rekomendasi Dewan Perwakilan Rakyat pada 15 September 2009, yang meminta Presiden Indonesia untuk membentuk Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc. Juga merekomendasikan kepada Presiden Indonesia serta segenap institusi pemerintah serta pihak-pihak terkait untuk melakukan pencarian terhadap 13 aktivis, yang oleh Komnas HAM masih dinyatakan hilang.
Disebutkan pula bahwa DPR merekomendasikan kepada pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga korban yang hilang. Termasuk rekomendasikan kepada pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Anti-Penghilangan Paksa sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktek penghilangan paksa di Indonesia.
Selain Jati, mantan Ketua Partai Rakyat Demokratik, Faisol Riza, juga menandatangi surat terbuka tersebut. Dia juga menyatakan dukungan kepada pasangan Jokowi-JK, yang dipercayainya bisa menyelesaikan kasus penculikan yang terjadi 16 tahun lalu itu.
“Kami tak bisa mempercayakan penyelesaian kasus ini kepada salah satu aktor penculikan yang juga maju sebagai capres,” ujar Riza di tempat yang sama.
Kasus penculikan 21 aktivis pada 1998 itu hingga kini belum tuntas. Sembilan orang, termasuk Jati, Riza, Nezar Patria, Mugiyanto, dan Aan Rusdiyanto memang telah kembali. Tapi 13 orang lainnya termasuk Wiji Thukul, Herman Hendrawan, dan Suyat belum kembali hingga saat ini.
Ihwal keberadaan ke-13 orang tersebut pun masih buram. “Keluarga korban masih menanti, setidaknya kabar hidup atau mati dari para aktivis yang hilang itu,” ucap kata Riza.
AMRI MAHBUB
Terpopuler
Ahok Ditolak Masuk ke Masjid di Jakarta
Jokowi-JK Banjir Dukungan Lewat Lagu
Cerita Tiga Komedian Dukung Jokowi-JK Lewat Lagu