TEMPO.CO, Banyuwangi - Banyuwangi Sea Turtle Foundation, sebuah yayasan perlindungan penyu, bersama Perhutani Jawa Timur melepas 70 ekor bayi penyu alias tukik di Selat Bali, Kamis, 26 Juni 2014. Tukik-tukik itu hasil program penetasan semi alami yang dilakukan yayasan tersebut sejak April 2014.
Tukik-tukik itu dilepas oleh Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Timur Imam Sandjoyo di Pantai Boom pada pukul 07.00 WIB. Selain melibatkan jajaran Perhutani se-Jawa Timur, pelepasan tukik juga diikuti puluhan pengunjung pantai.
Baca Juga:
Pendiri Banyuwangi Sea Turtle Foundation Wiyanto Haditanojo mengatakan tukik-tukik tersebut baru berusia dua minggu. "Bayi penyu ini berasal dari induk yang mendarat di Pantai Boom pada April lalu," kata Wiwit, panggilan akrab Wiyanto.
Menurut Wiwit, sejak April hingga saat ini sudah ada 48 induk penyu yang mendarat dan bertelur di Pantai Boom. Untuk menyelamatkan telur-telur penyu itu dari pencurian, yayasan membangun tempat penetasan semi alami di pantai tersebut. Tempat penetasan tersebut berukuran 3 x 6 meter, dikeliling bambu pagar dan dijaga 24 jam. (Baca: Sirip Buatan Bantu Kura-kura Ini Kembali Berenang)
Setelah penyu bertelur, relawan yayasan kemudian memindahkan sarang telur itu ke dalam tempat penetasan. Telur akan menetas antara 30-40 hari. Menurut Wiwit, dari 48 sarang penyu, sudah tiga sarang yang menetas, dengan jumlah tukik 183 ekor. Sebelum dilepaskan, tukik-tukik itu dibesarkan hingga usia dua minggu agar lebih kuat. "Tujuannya untuk mengurangi tingkat kematian tukik," kata Wiwit yang mendirikan yayasan ini sejak 2011.
Tukik yang telah dilepasliarkan di lautan biasanya hanya 0,1 persennya saja yang mampu hidup hingga dewasa. Selain dimangsa predator, banyak kasus pencurian penyu dilakukan manusia untuk dijual daging, cangkang, dan telurnya. (Baca: Perburuan Penyu Marak di Malang Selatan)
Yayasan merekrut tujuh nelayan yang dulunya menjadi pemburu telur penyu untuk diperdagangkan. Para relawan inilah yang bergiliran menjaga Pantai Boom dan memindahkan sarang penyu. Seusai pelepasliaran itu, Perhutani se-Jawa Timur memberikan donasi untuk program penyelamatan penyu senilai Rp 10 juta.
Ardisten Sandy, salah satu relawan, mengatakan tertarik bergabung dengan program itu karena ingin berhenti berburu telur penyu. Ardis mengaku dulu sering mencuri telur penyu dan dijual dengan harga Rp 1.750 per butir. "Agar anak cucu saya bisa tetap melihat penyu," kata dia. (Baca juga: Puluhan Penyu Dilepaskan ke Laut Aceh)
IKA NINGTYAS
Terpopuler:
Cemburu, Suami Bunuh Teman Lelaki Istrinya
Soal Taman BMW, Ahok: Roy Suryo Baca Koran Enggak?
Ribuan Kiai Tajug Dukung Jokowi-JK
Wiranto: Prabowo-Hatta Pro Status Quo
Saran Ahok buat Risma Soal Penutupan Dolly