TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pendiri majalah Tempo, Goenawan Mohamad, mengatakan keluarga Prabowo Subianto pernah ingin membeli Tempo. Keinginan itu disampaikan Hashim Djojohadikusumo, adik Prabowo, pada 26 Juni 1994, atau berselang lima hari setelah Tempo diberedel rezim Orde Baru pada 21 Juni 1994.
"Tempo bisa hidup lagi kalau 'keluarga' bisa membeli Tempo," ujar Goenawan menirukan tawaran Hashim ketika itu.
Dihubungi pada Sabtu, 21 Juni 2014, Goenawan menuturkan Hashim menyampaikan permintaan itu kepada dua orang di jajaran direksi Tempo, yakni Eric Samola dan Harjoko Trisnadi. Pertemuan itu terjadi di Hotel Hilton, yang kini menjadi Hotel Sultan, Jakarta. Istilah 'keluarga' yang dipakai Hashim diduga adalah keluarga Soeharto atau keluarga Prabowo. (Baca juga: Pernyataan Prabowo Melunakkan Pengelola Media)
"Waktu itu keluarga Soeharto dan Prabowo sama," tutur Goenawan. Selain ingin membeli Tempo, Hashim juga mengajukan syarat lain agar Tempo bisa terbit lagi. Pemimpin Redaksi Tempo, tutur Goenawan, harus dipilih oleh keluarga Prabowo. "Tawaran itu disampaikan ke saya dan teman-teman yang lain."
Ia mengimbuhkan, setelah mendapat tawaran tersebut, direksi dan awak Tempo lainnya menggelar rapat di rumah Goenawan di Jakarta Timur. Hasil rapat tersebut memutuskan menolak tawaran Hashim. "Kami tak bisa berkompromi. Kemudian, saya bersalaman dengan teman-teman. Alamat Tempo akan mati selama-lamanya," kata Goenawan. (Baca: Goenawan Mohamad: Kita Takut Orde Baru Lahir Lagi)
Hari ini tepat 20 tahun lalu, Majalah Tempo diberedel rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto melalui Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dinilai terlalu keras mengkritik Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal-kapal bekas dari Jerman Timur.
Pemberedelan pada 21 Juni 1994 itu merupakan pemberedelan kedua setelah Tempo diberedel oleh rezim yang sama pada 1982 karena dianggap terlalu keras mengkritik Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar, pada saat Pemilu 1982.
KHAIRUL ANAM | EFRI R
Berita utama
Ulang Tahun, Jokowi Kebanjiran Ucapan di Twitter
Lima Satuan Kerja yang Bermasalah di DKI
JK: Mafia Minyak Halangi Pembangunan Kilang