TEMPO.CO , Jakarta:-Terdakwa kasus pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik, Budi Mulya, dituntut 17 tahun penjara. Jaksa penuntut umum menyebut bekas Deputi Gubernur Bank Indonesia itu melakukan korupsi bersama sejumlah mantan petinggi Bank Indonesia.
Dalam berkas tuntutan setebal 3.751 halaman itu, Jaksa penuntut umum juga menuntut Budi Mulya dengan denda Rp 800 juta dan subsider 8 bulan kurungan. "Terbukti sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan sebagai perbuatan berlanjut," kata jaksa Roni di persidangan yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Senin, 16 Juni 2014.
Tuntutan yang diputuskan pada Budi Mulya sesuai diatur dalam Pasal 2 ayat 1 juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Pidana juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP sebagaimana dakwaan primer.
Budi Mulya melalui kuasa hukumnya meminta waktu dua minggu untuk mengajukan pleidoi.
Jaksa penuntut umum dalam tuntutannya menyebutkan Budi secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan sebagai perbuatan berlanjut. Perbuatan secara bersama-sama tersebut melibatkan sejumlah petinggi BI. Nama-nama yang disebut adalah mantan Gubernur BI Boediono, dan bekas Deputi Senior Gubernur BI Miranda Goeltom, Siti Chalimah Fadjriah, serta Budi Rochadi.
Selain mantan petinggi BI, jaksa penuntut umum juga menyebut keterlibatan pemilik Bank Century Robert Tantular dan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim. Perbuatan tersebut menyebabkan negara mengalami kerugian hingga triliunan Rupiah.
AISHA SHAIDRA
Terpopuler
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Jokowi Dianggap Terlalu Banyak Mengulang KJP-KJS
Penulis Buku MH370: Pesawat Sengaja Dilenyapkan