TEMPO.CO, Semarang - Raeni, anak tukang becak yang lulus kuliah ber-IPK 3,96, sempat menjadi guru privat mata pelajaran akuntansi untuk siswa sekolah menengah atas. Pekerjaan sampingan ini ditempuh guna menambah uang saku saat kuliah di Universitas Negeri Semarang.
"Honornya sukarela," ujar Raeni kepada Tempo, Rabu, 11 Juni 2014. Raeni juga menjadi asisten laboratorium ekonomi di kampusnya. (Baca: SBY Berikan Beasiswa S2 ke Anak Tukang Becak)
Raeni menjadi topik hangat pemberitaan di sejumlah media nasional. Maklum, meski dari keluarga biasa, ia bisa membuktikan diri menjadi yang terbaik.
Ayah Raeni, Mugiyono, setiap hari mencari nafkah dengan menjadi tukang becak. Dia mangkal di Kelurahan Langenharjo, Kecamatan/Kabupaten Kendal, tak jauh dari rumahnya.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Dia juga mencari sambilan dengan bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
"Penghasilan tukang becak tak menentu. Sekitar Rp 10 ribu–Rp 50 ribu," ujar Mugiyono.
Mugiyono rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapat pesangon. Pesangon itu dibelikan laptop untuk menunjang kuliah anaknya. (Baca: Ini Raeni, Anak Tukang Becak Peraih Beasiswa ke Inggris)
Tiap sabtu dan Minggu, Raeni memilih pulang ke Kendal dan mengajar mengaji di taman pendidikan Al-Quran.
Sebagai bagian dari menjalankan prinsip efisien, gadis berjilbab ini hanya mengikuti organisasi intra kemahasiswaan yang menunjang akademiknya.
Organisasi tersebut antara lain Kelompok Studi Ekonomi Islam, Himpunan Mahasiswa Ekonomi, Komunitas Ilmiah Mahasiswa Ekonomi, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian. Adapun di luar kampus ia aktif di Ikatan Akuntan Indonesia dan Pramuka di Kendal.
SOHIRIN
Berita Lain
Tekan Premanisme RT, Ahok Gaji Ketua RT Rp 1 Juta
MA Hukum KPK Bayar Rp 100 Juta
Ini Spesifikasi Samsung Galaxy Tab S