Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penghargaan Pluralisme Sultan Didesak untuk Dicabut

Editor

Zed abidien

image-gnews
Sri Sultan Hamengkubuwono X saat mengikuti ritual Ngabekten di Bangsal Kencono, kompleks Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). TEMPO/Suryo Wibowo
Sri Sultan Hamengkubuwono X saat mengikuti ritual Ngabekten di Bangsal Kencono, kompleks Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Masyarakat Anti-Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) mendesak agar Penghargaan Pluralisme yang diberikan kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X segera dicabut. Alasannya, Sultan dinilai tidak mampu menyelesaikan persoalan tindak kekerasan dan intoleransi di wilayah DIY. Bahkan masalah ini terus terjadi. Penghargaan tersebut diberikan oleh Jaringan Antar-Iman (JAI) kepada Sultan pada pertengahan Mei lalu di Papua.

"Kami minta JAI untuk mencabut gelar itu. Kami menolak Sultan mendapat penghargaan sebagai tokoh pluralisme," kata Koordinator Makaryo Benny Susanto saat dihubungi Tempo, Ahad, 1 Juni 2014.

Benny pun mencontohkan beberapa kasus kekerasan dan intoleransi yang baru saja terjadi. Kasus yang masih menjadi sorotan adalah tindak kekerasan dan intoleransi terhadap jemaat Santo Fransiscus Agung Gereja Banteng, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, pada Kamis malam, 29 Mei 2014. (Baca: Jaringan Antar-Iman Kecam Kekerasan Agama di Sleman)

Tiga hari berselang, kasus kekerasan dan intoleran kembali berulang pada Ahad hari ini. Sasaran kali ini adalah Gereja Pantekosta El Shaddai di Dusun Pangukan, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, karena tidak berizin.

Sebelumnya masyarakat Katolik di Gunung Kidul juga terancam batal menggelar peringatan Paskah nasional. Sebab, mereka diintimidasi organisasi kemasyarakatan yang mengatasnamakan agama yang akan membubarkan acara itu.

Menurut Benny, kasus-kasus tersebut semakin menambah daftar panjang kasus kekerasan dan intoleransi yang terjadi di wilayah DIY. Hingga saat ini diperkirakan berjumlah 22 kasus. Kian banyaknya kasus kekerasan tersebut mendorong Makaryo mendeklarasikan Jogja Darurat Kekerasan pada 7 November 2013 di depan Pagelaran Keraton Yogyakarta.

"Kalau JAI tidak mencabut, kami minta jaringan JAI keluar dari Makaryo. Penghargaan itu tidak kredibel," kata Benny.

Koordinator JAI Elga Sarapung menegaskan tidak akan mencabut gelar tersebut. Alasannya, penghargaan yang telah diberikan mengandung konsekuensi bagi penerima untuk berani menghadapi persoalan-persoalan intoleransi di daerahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Penghargaan itu memang tidak 100 persen menjamin penerima telah menjaga pluralisme. Tapi ada pekerjaan rumah yang melekat untuk menyelesaikan persoalan ke depan," kata Elga.

JAI menilai adanya kasus-kasus intoleran di DIY bukan berarti Sultan tidak melakukan tindakan apa pun. Tindakan telah dilakukan Sultan, tapi macet di Kepolisian Daerah DIY yang tidak mampu mengusut tuntas.

"Jadi Makaryo jangan hanya menuntut Sultan, tapi mestinya bekerja sama dengan Sultan," kata Elga.

JAI melakukan pendataan terhadap Sultan sebagai kandidat penerima Penghargaan Toleransi sejak 2010 lalu. Lembaga itu menyoroti soal kebijakan Sultan yang menghargai pluralisme. Penghargaan itu diberikan kepada Sultan pada pertengahan Mei lalu di Papua. Selain Sultan, penghargaan serupa juga diberikan kepada Gubernur Kalimantan Selatan dan Bupati Wonosobo pada waktu yang sama.

Berdasarkan data JAI, anggota JAI yang bergabung di dalam Makaryo adalah Interfidei dan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS). "Jadi Makaryo itu lokal, sedangkan JAI itu nasional," kata Elga.

Meski demikian, bertambahnya kasus intoleransi di wilayah DIY juga menjadi catatan JAI. "Entah ke depannya bagaimana Yogyakarta," kata Elga. 

PITO AGUSTIN RUDIANA

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tanah Milik Keraton Terbakar, Sultan Hamengku Buwono X: Hati-hati Buang Puntung Rokok

28 hari lalu

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (kiri) dan  Wakil Gubernur DIY Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan usai pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 Oktober 2022. Presiden Joko Widodo melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam X sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY masa jabatan 2022-2027 sesuai dengan Undang-Undang No. 13/2012 tentang Keistimewaan DIY. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Tanah Milik Keraton Terbakar, Sultan Hamengku Buwono X: Hati-hati Buang Puntung Rokok

Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat daerah ini agar berhati-hati membuang puntung rokok pada lahan atau hutan yang tanamannya sudah kering.


Nyaris Sepekan, Tumpukan Sampah Merembet ke Area Alun Alun Dekat Keraton Yogyakarta

55 hari lalu

Tumpukan sampah di area Alun Alun Kidul Yogyakarta pada Jumat, 28 Juli 2023. (Dok. Istimewa)
Nyaris Sepekan, Tumpukan Sampah Merembet ke Area Alun Alun Dekat Keraton Yogyakarta

Hampir sepekan pasca-penutupan TPA Piyungan, Yogyakarta, tumpukan sampah itu makin kentara mewarnai pinggiran jalanan kota.


Yogya Darurat Sampah, Sultan HB X Minta Warga Tak Cemari Sungai

57 hari lalu

Ilustrasi sampah sungai. ANTARA
Yogya Darurat Sampah, Sultan HB X Minta Warga Tak Cemari Sungai

Sungai menjadi satu hal vital yang harus dijaga kebersihannya dari sampah agar air yang mengalir juga senantiasa aman.


Memory of The World UNESCO untuk Babad Diponegoro, Manuskrip yang Ditulis Pangeran Diponegoro

16 Juli 2023

heritageofjava.com
Memory of The World UNESCO untuk Babad Diponegoro, Manuskrip yang Ditulis Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro mendapat penghargaan tertinggi UNESCO pada 21 Juni 2013, karyanya Babad Diponegoro sebagai Memory of The World.


Prabowo Ingin Makam Pangeran Diponegoro Dipindah, Sultan HB X: Tidak Usah

14 Juli 2023

Makam Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro bersama makam isterinya, Makassar, Rabu (28/04). Tempo/Kink Kusuma Rein
Prabowo Ingin Makam Pangeran Diponegoro Dipindah, Sultan HB X: Tidak Usah

Prabowo sebelumnya mengatakan pemindahan makam Pangeran Diponegoro ke Yogyakarta perlu dipertimbangkan.


Ombak Pantai Selatan Ganas untuk Pelayaran, Yogya Siapkan Sentra Benih di Pelabuhan Tanjung Adikarto

13 Juli 2023

Pemecah ombak di Pantai Glagah Kulon Progo, yang jadi bagian rencana proyek pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto. Dok. Dinas Pariwisata Kulon Progo,
Ombak Pantai Selatan Ganas untuk Pelayaran, Yogya Siapkan Sentra Benih di Pelabuhan Tanjung Adikarto

Sultan Hamengku Buwono X menuturkan Pelabuhan Tanjung Adikarto di Temon, Kulon Progo akan dimanfaatkan untuk sentra pembenihan hasil laut.


Antraks Muncul di Gunungkidul, Sultan HB X Sebut Sapi Mati Dikubur Tetap Dikonsumsi

5 Juli 2023

Petugas Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan memeriksa kesehatan hewan kurban jelang perayaan Hari Raya Idul Adha di tempat penampungan hewan kurban, Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 15 Juli 2021. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan fisik serta pengambilan sampel darah, feses, dan tanah untuk memastikan tidak adanya penyakit antraks dan kelayakan hewan kurban. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Antraks Muncul di Gunungkidul, Sultan HB X Sebut Sapi Mati Dikubur Tetap Dikonsumsi

Pekan ini kasus antraks kembali mencuat di Gunungkidul dengan laporan sedikitnya 87 warga positif dan satu meninggal.


Gempa Susulan Lindu Utama di Yogya Bergetar 60 Kali Hingga Senin Pagi Ini

3 Juli 2023

Lokasi gempa 6,4 M yang menimpa Bantul, Yogyakarta, Jumat (30/6/2023). (ANTARA/HO-BMKG)
Gempa Susulan Lindu Utama di Yogya Bergetar 60 Kali Hingga Senin Pagi Ini

Gempa susulan akibat gempa utama sebesar Magnitudo 6,0 yang terjadi pada Jumat, 30 Juni 2023 terus berlangsung.


Menengok Makna Motif Batik Pusaka dan Manuskrip Keraton Yogyakarta Saat Kunjungan Kaisar Jepang

22 Juni 2023

Raja Keraton Yogya Sri Sultan HB X menerima kunjungan Kaisar Jepang Naruhito di Keraton pada Rabu petang 21 Juni 2023. Dok.istimewa
Menengok Makna Motif Batik Pusaka dan Manuskrip Keraton Yogyakarta Saat Kunjungan Kaisar Jepang

Pameran yang digelar bagian Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton Yogya untuk kaisar itu memamerkan koleksi Keraton Yogyakarta berupa ragam batik.


Persiapan Keraton Yogya Sambut Kedatangan Kaisar Jepang, Disuguhi Beksan Lawung

20 Juni 2023

GKR Mangkubumi (kedua kanan) bersama adik-adiknya GKR Bendara (kedua kiri) dan GKR Candra Kirana (ketiga kiri) berfoto bersama dengan keluarga di sampign patung Sri Sultan HB IX usai acara peresmian di Bangsal Kesatrian, Komplek Keraton Yogyakarta, 9 Februari 2016. TEMPO/Pius Erlangga
Persiapan Keraton Yogya Sambut Kedatangan Kaisar Jepang, Disuguhi Beksan Lawung

Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako akan mengunjungi Yogyakarta Rabu 21 Juni 2023.