TEMPO.CO, Bandung - Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka menyatakan pelajar bernilai tinggi pada ujian nasional (UN) SMA tidak langsung bisa diterima di kampusnya. Alasannya, nilai UN hanyalah salah satu faktor penilaian.
"Kalau (nilai) ujian nasional bagus tapi rapor jelek, itu akan dicoret," katanya kepada Tempo, Selasa, 20 Mei 2014. (Baca: 10 Provinsi dengan Ketidaklulusan SMA Tertinggi)
Menurut Akhmaloka, penilaian diterimanya siswa lulusan SMA sederajat di ITB lewat jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bandung berdasarkan peringkat dan nilai rapor, sekolah, dan ujian nasionalnya. ITB kini masih melakukan proses penyaringan mahasiswa baru dari jalur SNMPTN.
"Kami bikin daftar nilai yang tertinggi sampai terendah di tiap fakultas, nanti dipotong sampai angka tertentu," ujarnya.
Akhmaloka mengatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohamad Nuh juga tidak mengeluarkan kebijakan siswa bernilai UN tinggi bisa langsung diterima kampus negeri. Mekanisme penerimaan mahasiswa baru tetap diserahkan ke masing-masing kampus negeri.
Salah seorang peraih nilai UN tertinggi di jalur IPA, Annisa Azalia Herwandani, 18 tahun, berharap bisa langsung diterima kampus negeri. Siswi SMAN 2 Bandung memilih jurusan Teknik Industri ITB dan Universitas Indonesia. "Saya termotivasi mendapat nilai UN bagus supaya lolos ke ITB," ujarnya.
Dalam daftar sepuluh besar pelajar peraih nilai tertinggi ujian akhir nasional SMA se-Indonesia di jurusan IPA, Annisa, berada di peringkat kedua dari sepuluh besar dengan nilai total ujian 57,65. Saat ini ia masih belajar untuk menyiapkan diri mengikuti ujian tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). (Baca: 20 Siswa SMA dengan Nilai Ujian Nasional Tertinggi)
ANWAR SISWADI
Berita Terpopuler
Aburizal Terima Tawaran Menteri Utama dari Prabowo
Merchandise Beracun Piala Dunia Ada di Indonesia
Pengamat: Hanya Dua Poros Capres, Jokowi Untung