TEMPO.CO, Jakarta: Adik kandung Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan kakaknya tak terlibat dalam Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang membuat empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembus peluru. Saat itu, Prabowo menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.
Menurut Hashim, pada tanggal nahas itu, dia menemui Prabowo di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, sekitar pukul 18.00 WIB. Sebelum bertemu kakaknya, Hashim sempat beberapa saat menunggu, lantaran Prabowo sedang menerima tamu.
Hashim mengaku terkejut, karena tiba-tiba dari dalam rumah keluar raja dangdut Rhoma Irama. "Keluarlah Pak Rhoma Irama dan istrinya. Ternyata mereka bertemu dengan Pak Prabowo," kata Hashim, saat memberikan sambutan di acara deklarasi dukungan terhadap pencalonan Prabowo dalam pemilihan presiden oleh Forum Alumni dan Mahasiswa Trisakti di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu, 10 Mei 2014.
Prabowo yang mengantar Rhoma dan istrinya kemudian memperkenalkan Rhoma kepada Hashim. Rhoma pulang, Hashim lantas menemui Prabowo. "Saya bertanya, ini apa? Ada penembakan di Trisakti?" ujar Hashim, menirukan pertanyaannya ke Prabowo.
Menurut Hashim, Prabowo juga terkejut mendengar kabar penembakan itu. "Saya juga dengar itu. Saya heran, kok, bisa ada korban?" ujar Prabowo, seperti ditirukan Hashim. "Saya dengar polisi dapat perintah pakai peluru karet. Supaya tidak ada korban," Prabowo melanjutkan.
Menurut Hashim, pertemuannya dengan Prabowo di tanggal itu menjadi bukti bahwa Prabowo tak ikut-ikutan dalam Tragedi Trisakti. Prabowo, kata Hashim, berada di kediamannya saat peristiwa itu terjadi. "Tidak ada seperti yang orang katakan bahwa dia ikut waspada, siaga, memimpin operasi, apalagi menjadi dalang operasi itu."
"Saya yakin Prabowo bukan pelaku, apalagi dalang peristiwa 12 Mei 1998," kata Hashim. Menurut Hashim, Prabowo juga telah berulang kali menyampaikan ke teman, keluarga, dan orang tua bahwa dia tak terlibat tragedi itu. "Jadi, kalau ada tuduhan dan fitnah bahwa Prabowo terlibat, saya ikut sakit hati dan keluarga kami ikut sakit hati." (Baca: KontraS Desak Prabowo Beberkan Kasus 1998)
PRIHANDOKO