TEMPO.CO, Banyuwangi - Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, bekerja sama dengan International Conference for Islamic Scholars (ICIS) menggelar konferensi ulama internasional pada Sabtu-Minggu, 29-30 Maret 2014.
Ulama dari lima negara Timur Tengah dan 200-an ulama Indonesia hadir pada forum tersebut. Ulama Timur Tengah yang hadir antara lain Syekh Ali Juma'ah Muhammad (mantan grand mufti Mesir), Syekh Wahbah Az Zuhaili (pakar fikih Suriah), Syekh Ahmad Badreddin Hassoun (grand mufti Suriah), dan Syekh Muhammad Rasyid Kabbani (mufti Libanon).
Selain itu, ada tokoh pemikir Islam dari Mesir Muhammad Imarah, Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri (ulama Hadramaut), Syekh Muhammad Yisif (mufti Maroko), dan Syekh Abdul Karim Ad Dhibagh serta Syekh Hasani Lancene bin Muhammed.
Panitia pengarah konferensi, Abu Yazid, mengatakan konferensi tersebut untuk memperingati satu abad berdirinya Ponpes Salafiyah Sukorejo. Acara itu bertujuan untuk memperkuat jaringan Islam moderat ke seluruh dunia. Dengan Demikian citra Islam yang selama ini sarat dengan kekerasan bisa pulih di mata dunia. "Akhir-akhir ini banyak fenomena Islam aliran keras. Padahal Islam itu rahmat bagi semesta alam," kata Yazid, Sabtu, 29 Maret 2014.
Sekretaris Jenderal International Conference for Islamic Scholars (ICIS) Hasyim Muzadi mengatakan radikalisme yang muncul di negara-negara Islam telah menyebabkan perpecahan dalam umat Islam sendiri. Bagi Indonesia, konferensi ini cukup penting karena radikalisme dan terorisme muncul dalam 12 tahun terakhir. Padahal sebenarnya radikalisme bukan kepribadian bangsa. "Karena dulu tidak pernah terjadi seperti ini," kata dia.
Hasyim menambahkan, konferensi ini akan melahirkan gagasan-gagasan yang akan direkomendasikan kepada negara-negara Islam sedunia untuk memperkuat jaringan Islam yang moderat.
IKA NINGTYAS
Terpopuler:
Akhirnya Polisi Temukan Bayi dan Penculiknya
Cerita Para Korban MH370
Penculik Bayi Bandung Sempat Mau Bunuh Diri