TEMPO.CO, Surabaya - Setelah melakukan otopsi pada bangkai rusa timor yang mati dinihari tadi, tim medis Kebun Binatang Surabaya (KBS) menyimpulkan penyebab kematian rusa tersebut. Melalui Kepala Hubungan Masyarakat Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) KBS Agus Supangkat, hasil otopsi tersebut diumumkan. "Sesuai hasil otopsi, seluruh kondisi organ dalam rusa tidak ada masalah. Mati karena berkelahi," kata Agus saat dihubungi Tempo, Selasa, 11 Maret 2014.
Pada tubuh rusa berusia sepuluh tahun itu ditemukan banyak luka gores, di antaranya pada bagian kepala, perut, dan sekitar anus. Ada kemungkinan luka itu akibat tajamnya tanduk rusa lain. Agus menduga perkelahian tersebut disebabkan oleh penempatan seluruh rusa jantan dalam satu kandang. Berkumpulnya rusa jantan dalam satu kandang dapat memicu timbulnya perasaan terancam dan kompetisi yang kuat di antara satwa-satwa tersebut.
Satwa bernama latin Cervus timorensis itu ditemukan mati pertama kali oleh petugas keamanan pada pukul 02.30 WIB. Setengah jam sebelumnya, sekitar pukul 02.00 WIB, kondisi kandang dan satwa tersebut masih normal, dan tidak ada yang mencurigakan. Rusa ini juga tidak tergolong dalam daftar 84 satwa tua dan sakit. "Masih sehat dan produktif, kok," ujar Agus.
Dalam triwulan pertama tahun ini, Kebun Binatang Surabaya kehilangan tiga satwa jenis rusa. Masing-masing terjadi pada Januari, Februari, dan Maret. Saat ini, koleksi rusa timor di KBS tersisa 21, terdiri atas 14 jantan, lima betina, dan dua lainnya belum diketahui jenis kelaminnya.
Sebanyak 12 rusa timor hidup dalam satu kandang. Ditanya apakah jumlah tersebut berarti overpopulasi, Direktur Operasional PDTS KBS Liang Kaspe menepisnya. "Tidak ada satwa overpopulasi di KBS," kata Liang.
DEWI SUCI RAHAYU