TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut dirinya anak kos di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Itu istilah lain karena Risma tak punya kartu tanda anggota. Meski begitu, menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, hubungan Risma dengan PDI Perjuangan sungguh erat. Megawati, Ketua Umum PDI Perjuangan, bahkan sering kontak Risma jika lagi di Surabaya.
"Bahkan, setiap Bu Mega (Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri) ke Surabaya, Bu Risma yang bayarin makannya" kata Tjahjo ketika ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 19 Februari 2014.
Menurut Tjahjo, kontribusi kader ke partai tak harus memberikan duit. Upaya Risma menyejahterakan rakyat, kata Tjahjo, juga termasuk sumbangsih untuk partai. Tjahjo menceritakan bahwa Risma juga ikut tim pemenangan dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur yang saat itu mengusung bekas Wakil Wali Kota Surabaya Bambang D.H.
"Beliau ikut datang di rapat pemenangan yang dipimpin Ketua Umum Megawati Soekarnoputri," kata Tjahjo. (Baca juga: Pesan Jokowi untuk Wali Kota Risma: Sabar ya, Bu...)
Soal belum resminya Risma menjadi anggota PDIP, Tjahjo beralasan Wali Kota Surabaya itu masih berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Memimpin Kota Surabaya sejak Oktober 2010, Risma kini dilanda tekanan dari sejumlah kekuatan politik di ibu kota Jawa Timur itu. Salah satu tekanan justru datang dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengajukannya sebagai calon wali kota tiga tahun silam.
Partai ini menyorongkan Wisnu Sakti Buana, Ketua PDIP Surabaya, sebagai wakil wali kota pengganti tanpa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Risma. Lebih dari sekadar tak cocok, ada kepentingan bisnis di balik penetapan itu.
SUNDARI
Terpopuler:
8 Kasus Plagiat yang Menghebohkan Indonesia
Anggito Abimanyu Pernah Kecewa pada Yudhoyono
Pesan Jokowi untuk Wali Kota Risma: Sabar ya, Bu...
PDIP: Ada yang Mengadu Domba dalam Kasus Risma
Curhat Wali Kota Risma kepada Elite PDIP