TEMPO.CO, Yogakarta - Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pratikno, mengatakan Anggito Abimanyu berbicara kepadanya perihal dugaan plagiarisme. Anggito berbicara sebelum memutuskan mundur sebagai dosen UGM.
Menurut Pratikno, Anggito menelepon Pratikno pada Sabtu, 15 Februari 2014. Anggito bilang akan datang ke UGM untuk jumpa pers pada Rabu, 19 Februari 2014 karena pertimbangan tidak ada pesawat yang terbang ke Yogyakarta akibat abu letusan Gunung Kelud. Lalu, Pratikno menyarankan Anggito untuk datang ke UGM pada Senin, 17 Februari 2014 menggunakan jalur darat.
Anggito setuju dengan naik pesawat dari Jakarta ke Semarang karena Yogyakarta dan Solo belum ada penerbangan. Anggito berangkat dari Semarang ke Yogyakarta menggunakan mobil. “Saya bilang ke Pak Anggito harus segera datang ke Yogyakarta bikin jumpa pers supaya cepat clear,” kata Pratikno, ketika ditemui di ruangannya, Selasa 18 Februari 2014.
Ia menangkap kesan Anggito benar-benar terpukul dengan kasus yang menimpanya sewaktu dia mengontak Pratikno. Dalam pembicaraan di telepon, Anggito, kata Pratikno sempat berhenti sekian detik. Seperti ada yang mencekat mulutnya. “Dia speechless,” kata Pratikno.
Ia mengatakan kampusnya masih kaget dan tidak percaya dengan tuduhan plagiarisme yang menimpa Anggito Abimanyu. Pratikno menyebut Anggito Abimanyu memiliki rekam jejak yang baik di UGM. “Pak Anggito adalah akademisi dan aktivis yang kuat pemikirannya,” kata Pratikno.
Dia menyatakan Anggito adalah aset besar bagi UGM dan Indonesia. Anggito punya pemikiran ekonomi yang kuat. Selain itu, Pratikno mengenal Anggito sebagai orang sederhana yang menjunjung tinggi kejujuran. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementarian Agama itu juga mudah bergaul dengan siapa pun. “Di kalangan profesional Pak Anggito juga bagus,” kata Pratikno.
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Anggito Abimanyu, menyatakan mundur dari kampus tersebut setelah dituduh melakukan plagiarisme terhadap tulisan Hotbonar Sinaga.
Anggito mengatakan telah salah menulis referensi dalam rubrik Opini yang dimuat Kompas pada 10 Februari 2014. Ia meminta maaf kepada rektor, dosen, dan seluruh sivitas UGM. Selain itu, Anggito juga meminta maaf kepada semua yang merasa dirugikan.
SHINTA MAHARANI