TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Rully Charis Azwar mengatakan partainya ingin mengembalikan situasi Indonesia saat dipimpin Soeharto. Strategi itu untuk menggaet para pemilih Golkar lama yang kini mulai beralih ke partai lain.
"Masyarakat mendambakan situasi yang kondusif, stabil, dan harga bahan bakar minyak tak naik terus. Simpel. Zaman Soeharto itu tercapai dan Golkar yang memimpin," katanya di kantor DPP Golkar, Jakarta, Senin, 17 Februari 2014.
Dalam pelbagai survei yang dilakukan Golkar, ada kerinduan masyarakat terhadap sosok Soeharto. Rully merujuk pada banyaknya poster yang memampangkan Presiden Indonesia kedua itu dengan tulisan, "Piye kabare? Enak jamanku, toh? (Bagaimana kabarnya? Enak zamanku, kan?)."
Menurut Rully, poster-poster itu tak dibuat oleh partainya. "Saya juga heran kenapa atribut itu beredar bebas di masyarakat," katanya.
Setelah reformasi 1998, Golkar menjauh dari sosok Soeharto karena citranya buruk. Setelah 15 tahun, sosok itu dihidupkan lagi karena, "Masyarakat ingin kembali ke situasi normal zaman Soeharto."
Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie berkali-kali juga menegaskan agar kadernya tak perlu takut mengakui dirinya bagian dari rezim Orde Baru Soeharto. Menurut dia, sudah saatnya Golkar mengidentikkan diri lagi ke Soeharto karena bekas presiden tersebut dianggap telah berjasa buat bangsa.
Cara pengakuan terhadap sosok Soeharto dan Orde Baru oleh Golkar, kata Rully, juga dengan mengakomodasi keluarga Soeharto yang ingin kembali ke Golkar. Kini salah satu anak Soeharto, Titiek Soeharto, menjadi calon legislatif dari Golkar di daerah pemilihan Yogyakarta.
KHAIRUL ANAM